Anak-Anak dan Hari Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka, Nusa dan Bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
MERDEKA
Sekali merdeka tetap MERDEKA
Selama hayat masih dikandung badan

Itu adalah sebagian dari syair lagu Hari Merdeka.

Satu kata MERDEKA. Menarik. Begitu penuh dengan makna.
Kata satu ini lebih berharga daripada ribuan kilogram berlian swarowski. Lebih indah dibandingkan istana emas. Lebih tinggi dibandingkan gedung pencakar langit Burj Khalifa

Eh iya.. ngomong-ngomong akhirnya saya bisa nulis lagi. Alhamdulillah :)
Susah juga buat menyempatkan nulis artikel satu ini, dan mohon maaf kalau postingannya terlambat dibuat. Maaf banget, karena baru punya waktunya sekarang, setelah saya berjibaku dengan desain-desain produk dan laporan presentasi saya. Mohon maaf yaa.
Maafin aku ya Indonesia :'(

Oke, diteruskan lagi.


Merdeka adalah kebebasan menentukan pilihan.
Merdeka itu ibarat gas oksigen yang kita hirup sehari-hari. Ada tapi tak mudah didefinisikan dengan indera pengelihatan biasa. Ia ada, dan kita mengikatnya agar kita tetap hidup. Ia ada sebagai gas yang dibutuhkan mahluk hidup untuk hidup.

Salah satu anugerah terindah yang Tuhan berikan kepada mahluk-mahluknya sebagai bukti kekuasaan-Nya. Sebagai bukti cinta dan kasih-Nya kepada umatnya.

Begitupun dengan kemerdekaan Indonesia. 

"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."

Begitulah bunyi alenia ke-3 Pembukaan UUD 1945 yang membuktikan bahwa Indonesia mengakui kemerdekaan yang dimilikinya adalah karena rahmat yang Allah berikan kepada kita bangsa Indonesia, dan disertai dengan landasan sikap pendahulu-pendahulu kita yang begitu tulus memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia tanpa pamrih.

Anugerah terindah yang bangsa ini miliki dan patut untuk selalu disyukuri.

Indonesia merdeka, karena rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu dibuktikan dengan adanya momentum kekalahan Jepang saat Perang Dunia II yang menyebabkan Jepang harus menyerahkan wilayah jajahannya, sehingga sempat terjadi kekosongan kekuasaan atau vacum of the power. Dan ini menjadi momen-momen krusial bagi bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya.

Kemerdekaan Indonesia itu juga berkat upaya founding fathers kita yang tulus dalam memperjuangkan kebebasan kita. Bermodalkan tekad dan keyakinan, walaupun dalam perjalanannya jalan menuju kemerdekaan ini kita harus merasakan banyak liku, tikungan tajam, tanjakan, turunan, hingga berulang kali terjun ke jurang dan bangkit lagi. Tapi, kenyataannya Tuhan begitu adil. Tuhan membukakan hati kita bangsa Indonesia. Tuhan menyadarkan kita untuk bersatu. Karena, hanya dengan bersatu maka kita dapat melawan segala bentuk penindasan. Kita dapat melawan segala bentuk pengekangan, pembungkaman nan keji lagi tak berperikemanusiaan.

Budi Utomo adalah tonggaknya. 20 Mei 1908 organisasi ini berdiri dan mulai melakukan pergerakan melawan bentuk penjajahan Belanda kala itu dalam skala nasional. Tak membedakan lagi kita dari suku apa dan ras apa. Tujuannya hanya satu, MERDEKA. Hingga akhirnya Tuhan mengabulkan doa-doa kita Bangsa Indonesia untuk merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.


Perjuangan bangsa Indonesia kala itu tidak berhenti sampai kemerdekaan yang diperolehnya pada proklamasi saja. Bangsa Indonesia juga diuji dengan serangkaian picik yang dilakukan Belanda dengan jalan mengikuti "sekutu" kala itu.
Sempat terjadi waktu-waktu genting kala keutuhan Indonesia diuji dengan berbagai macam tipu muslihat perjanjian-perjanjian. Hingga pada puncaknya terjadi di Den Haag, Amsterdam, Belanda pada Konferensi Meja Bundar.

Hingga akhirnya, pada tahun 1950, kita mulai bisa menata kembali keutuhan bangsa kita secara perlahan. Sambil memperjuangkan integrasi bumi Cenderawasih terhadap Indonesia, meski kita tahu resikonya adalah harus melawan Belanda, yang jelas-jelas dalam teknologi kemiliteran jauh di atas angin. Namun, pada akhirnya kita-lah bangsa Indonesia tetap berdiri kokoh dalam memperjuangkan status kita sebagai bangsa yang berbudaya dan beradab. Indonesia berhasil membuktikan lagu Dari Sabang sampai Merauke memang benar adanya.

71 tahun sudah bangsa Indonesia merdeka dari penjajah. Kini tongkat itu telah beralih ke generasi milenium. Generasi yang kini sedang berlari membawa tongkat untuk diteruskan pada generasi berikutnya, yang kini sedang menunggu gilirannya untuk berlari.

Pada generasi mana bangsa Indonesia ini bisa menggantungkan harapannya? Pada generasi seperti apa bangsa Indonesia bisa menitipkan doa-doanya?

Wahai generasi penerus. Padamu kami berharap. Padamu kami menitipkan sepucuk surat yang berisikan doa dan harapan kami. Pada pundakmu kami bisa menyandarkan diri ini yang nantinya akan lemah dan rapuh dikalahkan waktu.
Kami yang sekarang ini sedikit lagi, dan akan berlari dalam maraton ini berharap nantinya kalian yang masih menunggu kami jauh di sana, dapat berlari dengan lebih benar dan baik daripada kami. Kami yang sekarang ini takut andaikan kami gagal berlari dengan benar dan sebagaimana mestinya. Jika sampai itu terjadi, kami mohon hukum kami, tapi maafkanlah kami. Maafkanlah kami dengan cara berlarilah sekencang mungkin saat kalian yang memegang tongkat Merah Putih kelak.
Genggam erat tongkat Merah Putih yang kalian bawa. Jangan biarkan jatuh ke tanah. Jangan biarkan tersenggol. Jangan biarkan terlempar. Genggam erat selalu tongkat Merah Putih dalam genggaman kalian.


Palembang, 14 Januari 2016



Biarkan karena Itu Jalannya


Biarkan saja manusia-manusia bertopeng jelek itu berkata
Biarkan saja manusia-manusia penghisap darah itu menakuti kita dengan taringnya
Biarkan saja laba-laba beracun menyulam jaringnya di tembok putih keraton
Biarkan saja ikan-ikan koi itu mati di kolamnya

Karena ku 'tak mau tahu
Karena ku 'tak mau peduli
Karena ku 'tak mau ambil pusing
Karena ku 'tak mau berada di dekat mereka

Yang ku tahu ekor cicak yang putus pasti akan tumbuh lagi
Yang ku tahu darah manusia tetap berwarna merah
Yang ku tahu tulang manusia tetap berwarna putih
Yang ku tahu hanya akan ada hujan dan kemarau di sini
Yang ku tahu ada hitam dan ada putih

Begitu yang dilakukan manusia pemakan keju
Begitu yang dilakukan manusia pemakan gandum
Begitu yang dilakukan manusia pemakan ikan
Begitu yang dilakukan manusia pemakan mie
Begitu pula yang dilakukan manusia pemakan nasi

Kalaupun mereka bersatu
Mereka tak 'kan mampu merebut kemerdekaan hakiki
Karena
Merdeka hanya dimiliki oleh mereka yang berdoa dalam diam
Merdeka hanya dimiliki oleh mereka yang berusaha dalam kesabarannya
Merdeka hanya dimiliki oleh mereka yang bekerja dengan cerdas, dan bukan dengan emosi yang berapi-api tanpa perhitungan jelas

Yang pasti, merdeka hanya dimiliki oleh orang yang hatinya tulus
Yang pasti bukan aku orangnya
Orang-orang itu adalah malaikat-malaikat kecil yang kini masih kita lindungi
Malaikat-malaikat kecil yang senyumnya mampu mengembangkan sayap-sayap garuda hingga mengangkasa mengitari zamrud khatulistiwa.



Mereka akan mengukirkan jejak langkah mereka pada daratan dan lautan di bumi. Membuktikan tentang pertanyaan yang menjadi tanda tanya besar akan peradaban atlantis yang dikatakan menghilang begitu lama. Jejak-jejak langkah mereka adalah lanjutan dari jejak langkah kita. Maka, ingin sekali diri ini terus bisa tersenyum memaknai kemerdekaan yang sesungguhnya. Inilah tanah tumpah darahku. Dan disinilah rumahku. INDONESIA.





@AnggiaDesta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa

SEMIKONDUKTOR

3 Macam Interaksi Cahaya pada Materi