LINGKUNGAN BELAJAR YANG IDEAL
Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional yang setiap tahunnya jatuh pada tanggal 2 Mei. Di sini saya pengen menyampaikan uneg-uneg saya terkait kondisi pendidikan Indonesia saat ini. Dibilang opini, jelas iya karena hal-hal yang saya sampaikan murni berdasarkan pendapat saya pribadi, dengan didukung pemaparan dari sumber yang akurat dan kredibel.
Satu kata tentang pendidikan, menurut kalian apa ?
Mengubah. Membentuk. Memperbaiki. Pembaruan. Inovasi. Kreativitas. Hakikat. Kebutuhan.
Pokoknya banyak banget deh, kalau mau diuraikan dalam satu kata. Pastinya pendapat orang bakal beda-beda.
Hari ini, saya ingin memaparkan kondisi pendidikan Indonesia masa kini. Bukan tanpa alasan kalau progres pendidikan Indonesia dari segi kualitas masih jauh tertinggal, bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga kita Singapura. Kita terlalu mengejar bobot mutu pendidikan dari segi kuantitas. Maksudnya kuantitas apa? Kuantitas yang saya maksud adalah penguasaan terkait "teori-teori" berbagai disiplin ilmu, baik itu matematika, sains (fisika, kimia, biologi), dan sosial (sosiologi, ekonomi, antropologi, sejarah, geografi), bahasa, dan kesenian. Namun, yang patut disayangkan adalah kita kurang memperhatikan proposionalitas yang tepat untuk setiap disiplin ilmu ini. Masyarakat juga sebenarnya menjadi tersangka dalam pembebanan proposionalitas dari berbagai disiplin ilmu yang ada ini. Masyarakat telah menciptakan dogma (pandangan yang dipaksakan oleh suatu kelompok agar diakui masyarakat luas sebagai hal yang benar) di mana seseorang dikatakan cerdas, sukses, dan berguna di kehidupan masyarakat jika mampu menguasai matematika dan sains. Sedangkan, jika seseorang tidak menguasai disiplin ilmu matematika dan sains, akan dianggap bodoh, dinilai "sampah masyarakat" atau dianggap gagal.
Dogma yang telah mengakar di kehidupan masyarakat ini sebenarnya dapat tumbang, jika akhirnya banyak yang membuktikan kalau orang-orang yang cerdas, dan berguna di masyarakat tidak hanya dari kalangan orang yang mendalami disiplin ilmu matematika dan sains. Sebenarnya, kita sudah banyak menyaksikan, betapa banyaknya orang-orang non eksak yang berhasil dan sukses. Hanya tinggal menunggu masyarakat sadar, bahwa paradigma yang selama ini tercipta entah oleh siapa penyebabnya, pasti akan hilang dengan sendirinya. Kita hanya perlu tetap tenang dan fokus, sebab masyarakat sangat dinamis. Karena masyarakat sangat dinamis, maka hal yang perlu dilakukan orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan adalah bagaimana membentuk pendidikan yang dinamis. Pendidikan yang dinamis dapat dibentuk dengan menciptakan kegiatan pembelajaran yang dinamis. Artinya, selalu ada pembaruan mengikuti zaman.
Dalam hal ini, penulis sengaja mengambil negara Finlandia sebagai contoh barometer yang mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan ideal, mengingat negara tersebut mendapat predikat sebagai negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia.
Berikut
wawancara lengkap detikcom dengan Prof Erno August Lehtinen di Hotel Sahid
Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan yang ditulis, Selasa
(18/10/2016):
Bisa
diceritakan garis besar sistem pendidikan di Finlandia, sehingga menjadi salah
satu yang terbaik di dunia?
Pada awal abad
setelah Perang Dunia II, Finlandia masih negara miskin. Tahun 1980 capaiannya
masih di bawah rata-rata negara OECD (Organisation for Economic Co‑operation and Development-red), kami lantas membuat
sekolah dasar komprehensif 9 tahun dengan penekanan yang kuat untuk kesempatan
yang sama dalam pendidikan.
Kami
juga meluncurkan model pendidikan guru yang baru, satu yang kami kenalkan,
berbicara tentang reformasi pembangunan berkelanjutan, kemudian diikuti
pembentukan kembali fungsi sistem pendidikan. Hasil saintifik yang kami dapat
dari studi ini, memang ada ketegangan kecil dalam meningkatkan sistem
pendidikan ini lebih tinggi.
Mengapa
anak-anak di Finlandia, tak diizinkan sekolah sebelum berusia 7 tahun, jam
pelajaran SD hanya 3-4 jam sehari, waktu istirahat mencapai 75 menit, jarang
ada PR, tidak ada PR hingga tak ada UN sama sekali untuk 9 tahun pertama
sekolah?
Ya,
pendidikan dasar di Finlandia berbeda dengan negara lain. Kami sangat
menghargai anak-anak bermain bebas dan melakukan hal-hal lain dari pada hanya
duduk di kelas. Ini pada awal-awal tingkat sekolah.
Secara
umum kalau sudah sekolah, waktunya tak terlalu lama. Kami harus memperhatikan
kualitas pengajaran, bukan panjangnya jam belajar. Ada keseimbangan yang bagus
adanya PR dan kegiatan anak muda dan pendidikan menengah atas, untuk
menghasilkan tekanan dan stres yang lebih sedikit dan lebih kuat motivasi dan
pengembangan belajarnya.
Jadi
untuk anak usia dini atau pendidikan dasar, pembentukan karakter lebih penting
ya?
Iya,
kami mencoba pengembangan kepribadian siswa, bukan skill, bukan belajar konten
kurikulum yang spesifik. Kami kembangkan kepribadian sepenuhnya, belajar
mengetahui dunia, belajar mengenal perbedaan mata pelajaran, juga kehidupan
sosial, kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, itu sangat penting
untuk anak-anak muda.
Jadi
pelajaran matematika, fisika, kimia ini tak diperkenalkan pada pendidikan dasar
namun pendidikan lebih tinggi?
Matematika
adalah subyek penting untuk tingkat pendidikan dini, kemudian, pelajaran sains
untuk yang pertama sekali adalah lebih banyak praktik, kemudian kami
mengkombinasikannya dengan suasana ilmiah. Di primary level (pendidikan dasar)
ada pelajaran sains yang umum, dan pada lower secondary level (pendidikan
menengah) menjurus ke spesifik kimia dan biologi.
Di
Finlandia sistem kelasnya kelas inklusif, di mana siswa yang pintar dan kurang
pintar dijadikan satu. Di negara lain, justru ada kelas akselerasi,
mengumpulkan siswa yang pintar-pintar. Mengapa Finlandia menerapkan sistem
kelas inklusif ini?
Salah
satu yang penting di pendidikan 9 tahun, nilai utamanya adalah kesetaraan dan
membawa semua siswa ke dalam level yang sama. Tentu ada beberapa siswa pintar
yang bisa melangkah lebih jauh, tapi kami mempertahankan kebijakan ini untuk
menjamin, bahwa siswa dari semua latar belakang keluarga dan kesulitan belajar
juga punya kesempatan yang sama untuk belajar.
Kami
punya sistem yang melacak kemampuan anak-anak itu saat pendidikan dasar 9 tahun
itu. Tentu, anak-anak berkebutuhan khusus butuh diperhatikan secara khusus, ini
butuh upaya yang sangat besar dari segi pendidik atau guru, dan untuk itulah
mengapa kami sangat mendorong upaya pendidikan untuk guru.
Ada
dua kunci, skill dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk mendidik siswa
berkebutuhan khusus dalam ruang kelas, ada pengaturan khusus. Kadang tidak
hanya 1 orang guru dalam ruang kelas, tapi ada orang dewasa lain yang membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar itu.
Siswa
berkebutuhan khusus itu kadang memerlukan waktu pengajaran yang lebih banyak,
atau di sekolah luar biasa, bisa dalam kelompok kecil dan dukungan intensif.
Jadi
kelas inklusif itu mencampurkan satu murid pintar dan yang tidak begitu pintar
dalam satu kelas, apakah ada bullying karena adanya perbedaan itu? Bagaimana
mencegah terjadinya bullying?
Bullying
terjadi di mana saja, orang-orang bersama, anak-anak, orang muda, orang tua,
terjadi di mana saja, sangat menyedihkan. Itu juga terjadi di dalam kelas
sekolah-sekolah di Finlandia. Dan itu juga menjadi pertanyaan dan sangat
menjadi perhatian kami.
Dan
di universitas ini kami melakukan riset sekitar 20 tahun, dan hasilnya membuat program
khusus yang disebut Kiva koulu, untuk menghindari bullying. Program yang
berorientasi sistem. Ada banyak komponen yang membantu sekolah untuk
memperlambat bullying, dan program ini sudah dilakukan di banyak negara-negara
di dunia.
(Dalam
situs UNESCO, program anti-bullying Kiva di Finlandia ini dikembangkan di
Universitas Turku Finlandia dan didanai Kementerian Pendidikan Finlandia dan
diaplikasikan sejak 2009. Kiva melibatkan orangtua, guru dan murid dan berhasil
mengurangi bullying sekolah pada siswa tingkat 4-6-red)
Jadi
berarti harus ada lebih dari satu guru dalam kelas?
Ini
bukan berarti ada beberapa guru di kelas. Bila kelas itu ada kesulitan, kadang
di ruang kelas ada seorang dewasa yang tidak mengajar, biasanya anak-anak SMA
yang sudah lulus atau mahasiswa yang menjadi asisten guru untuk mengawasi
anak-anak di sekolah itu. Dan ini sangat membantu bagi guru, ada orang dewasa
lain di kelas itu. Orang dewasa yang tidak mengajar tapi bisa membantu.
Untuk
situasi normal ada satu (orang). Dan sering sekali terjadi kelas itu
membutuhkan bantuan orang dewasa lain. Dan di situasi yang berbeda dan sangat
khusus, ada guru kelas dan guru untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus
bekerja sama.
Biasanya
satu kelas di Finlandia itu maksimal 20 orang untuk tingkat pendidikan dasar,
dan 20-30 orang untuk pendidikan menengah.
Tentang
sekolah kejuruan, Finlandia sangat mendukung sekolah kejuruan. Bahkan nyaris 50
persen siswa pendidikan dasar masuk ke sekolah kejuruan. Bagaimana peran
penting sekolah kejuruan ini di Finlandia?
Tentu
pendidikan kejuruan sangat penting, banyak negara memberi perhatian yang
sedikit pada pendidikan kejuruan ini, dan di Finlandia mungkin sekolah umum
lebih advance daripada sekolah kejuruan. Dan kami punya banyak masalah pada
sekolah kejuruan sekarang ini dan lebih butuh dikembangkan.
Dan
kami sangat mempelajari masalah ini dengan seksama dalam pelatihan kejuruan
kami, ingin menemukan bentuk baru, bagaimana meningkatkan teknologi, bagaimana
mengembangkan pendidikan kejuruan ini, butuh lebih baik daripada dunia kerja.
Dan itu tantangan besar karena dunia kerja berubah sangat cepat.
Mudah
saja kalau satu profesinya tetap ilmunya. Tapi kan pendidikan kejuruan berubah
dengan konstan, dan ini tantangan untuk sekolah kejuruan. Fokus utama dalam
sistem pendidikan Finlandia, tentu saja secara keseluruhan sistem, kami ingin
sekolah kejuruan bisa dilakukan sejak dini.
Jadi
masalah utama sekolah kejuruan di Finlandia itu apa?
Masalah
utama adalah perubahan sangat cepat di dunia kerja, dan masalah lain adalah
motivasi. Sangat sulit memotivasi anak-anak muda di beberapa wilayah berkaitan
dengan dunia kerja, sekolah kejuruan tidak begitu menarik buat mereka.
Di
satu wilayah sangat menarik, sangat bersaing untuk masuknya, dan di beberapa
area sangat sulit menarik siswa karena tak begitu populer.
Bagaimana
keterkaitan sekolah kejuruan dengan industri kerja?
Tujuan
sekolah kejuruan, orang langsung bisa kerja di industri bagian dari ekonomi dan
sekarang situasi ekonomi tidak begitu bagus, dunia mengalami krisis ekonomi,
banyak pengangguran di antara anak muda. Namun kini berangsur pulih, banyak
anak muda bisa mengejarnya.
Bicara
tentang pendidikan, otomatis bicara tentang guru. Finlandia memperlakukan guru
dengan sangat bagus, jam kerja pendek plus waktu pengembangan diri, gaji
tinggi, syarat minimal lulusan master, dan sebagainya. Mengapa demikian?
Guru
sangat bernilai dalam budaya dan masyarakat kami. Semua mengerti bahwa guru
adalah profesi paling penting karena harus mendidik generasi muda, sangat
penting di masyarakat, profesi yang sangat populer di kalangan anak muda.
Lebih
banyak pelamar yang mendaftar dalam program ilmu keguruan dan pendidikan
daripada yang diterima. Hanya 10-15 persen lamaran yang diterima, kualitas
tesnya rata-rata pendidikan menengah. Tingkat kepopulerannya dan kesulitan
tesnya sama dengan fakultas kedokteran. Itu menjelaskan betapa populernya
jurusan keguruan dan profesi guru itu di antara para anak muda.
Ini
tentu sangat bagus karena kami bisa mendapatkan guru-guru yang termotivasi.
Dibandingkan rata-rata negara di dunia, jam mengajarnya memang lebih pendek.
Tapi tidak benar juga. Waktu yang berkaitan dengan murid memang lebih pendek,
tapi karena persyaratan menjadi guru itu sangat sulit, mereka harus menganalisa
proses belajar yang dilakukan di kelas, jadi jatuhnya jam kerja mereka sangat
panjang untuk proses pengajaran itu. Kontak dengan siswa memang pendek.
Jadi
di sana guru dipandang sama bergengsinya seperti dokter dan pengacara?
Iya,
sangat sama dengan dokter dan pengacara. Itu karena guru sangat bekerja keras
mempersiapkan materi ajar untuk proses belajar mengajar yang mereka lakukan di
kelas, dan berpikir sangat hati-hati bila ada murid yang membutuhkan intervensi
dan motivasi belajar. Jadi profesi ini adalah profesi yang mengutamakan
kepakaran.
Betulkah
di sana tak ada merit pay (gaji sesuai prestasi) untuk guru?
Ya
ada, tapi tidak merupakan bagian penting dalam sistem gaji guru kami. Ada
negosiasi di tingkat sekolah antara kepala sekolah dan guru tentang pengembangan
profesional, kadang mereka dapat tambahan gaji tergantung prestasinya. Tapi
tidak dominan di sekolah.
Benarkah
di Finlandia, tidak ada Ujian Nasional (UN) pada tingkat pendidikan dasar?
Di
pendidikan dasar tidak ada, UN ada di sekolah menengah, akhir dari pendidikan
secondary education (sekolah menengah), ujian matrikulasi.
Apa
yang kami punya adalah sample base test examination, badan yang menggelar test
ini harus mengatur, mereka menguji sampel, beberapa siswa. Tes ini berkaitan
dengan aspek pengajaran, motivasi siswa, kondisi kelas dan sebagainya.
Tidak
ada rangking, tak digunakan langsung untuk kegiatan administrasi, kami tak
punya sistem itu. Informasi ini sangat penting untuk penembangan sistem
pendidikan, hasilnya tugas guru untuk menjamin semua siswa belajar dengan
pantas.
Jenis
national sample base test ini untuk guru, bukan dalam rangka membandingkan
siswa mereka, menggunakan informasi bukan administrasi, atau untuk melihat
peringkat sekolah atau kelas tertentu, kami menghindari sistem itu. Dari
pengalaman internasuional, UN itu punya banyak konsekuensi negatif.
Jadi
bagaimana cara mengukur outputnya?
Ada
tes kuantitatif yang digunakan guru, tapi mereka juga menyiapkan bersama,
banyak konfirmatif tes, proses pembelajaran pada siswa, bagaimana mereka bisa
mengubah pembelajaran. Yang sangat penting adalah evaluasi, guru punya tanggung
jawab tinggi dalam proses belajar ini.
Pendidikan
di Finlandia gratis, dari TK-Universitas, bagaimana bisa?
Di
Finlandia pendidikan gratis dari dasar sampai doktoral, ini untuk warga negara
Finlandia dan warga negara Uni Eropa. Ada aturan ini di Uni Eropa, juga gratis
dari luar Uni Eropa. Tapi mulai musim gugur depan ini, akan ada biaya untuk
mahasiswa internasional non Uni Eropa.
Jadi
dari mana dana untuk pendidikan gratis itu? Apakah warga bayar pajak sangat
tinggi?
Kami
punya Sistem Kesejahteraan Skandinavia. Di Finlandia, tingkat pajak
penghasilannya relatif tinggi, tapi kemudian, warga banyak dapat pelayanan
mulai dari kesehatan, pemeliharaan kesehatan yang sangat murah, pendidikan
gratis, dan banyak pelayanan lainnya dari pemerintah. Itu model negara-negara
Skandinavia.
Berapa
persen pajaknya dari penghasilan setahun?
Kami
punya sistem progresif berbasis jumlah pendapatan. Jika dapat gaji rendah,
pajaknya juga rendah, pendapatan menengah dan tinggi makin besar persentasenya.
Nyaris mendekati 50 persen (dari penghasilan setahun), itu untuk yang gajinya
tinggi.
Anggaran
pendidikan dari APBN Finlandia mendapat berapa persen?
Lebih
sedikit dari yang dimiliki Indonesia, kurang dari 20 persen APBN. Indonesia
punya 20 persen, tapi kami kurang dari 20 persen.
Berapa
lama Finlandia mengembangkan sistem pendidikan ini? Berapa lama sampai sistemnya
sampai stabil seperti ini?
Model
pendidikan yang sekarang kami kembangkan ini mulai diciptakan tahun 1970-an,
pendidikan dasar 9 tahun. Tapi model pendidikan universitas pada dasarnya sudah
ada di akhir abad ke-18, sangat berkembang sekarang. Sistem sekolah kejuruan
dari awal abad 20, tapi banyak pengembangan kualitas di antara tahun
1980-90-an.
Sistem
pendidikan universitas mengalami restrukturisasi akhir-akhir ini, awal 2010,
semua universitas menjadi entitas independen daripada sebelumnya, karena
sebelumnya menjadi bagian dari negara, sekarang nggak lagi, independen.
Sistem
pendidikan di Finlandia ini sudah sempurna, masih akan dikembangkan atau masih
ada tantangan yang dihadapi?
Tidak
sempurna, tapi standarnya tinggi, lebih sulit untuk diraih. Ini tantangan
besar, kami meningkatkan kualitas pengajaran. Tentu ada banyak ketegangan di
masyarakat tentang tantangan-tantangan ini, tentang aktifnya teknologi mobile,
orang-orang muda menghabiskan banyak waktu dengan gadget, dan mereka lebih
sedikit membaca dibanding generasi sebelumnya.
Apakah
sistem hebat di Finlandia bisa dicontoh di Indonesia? Apa memungkinkan ditiru
di Indonesia, mengingat Indonesia kompleks dari segi geografis, budaya, jumlah
penduduk yang 240 juta dibandingkan dengan 6 juta di Finlandia?
Mungkin
saja bisa dikopi tapi tak pernah sukses. Banyak yang mendeskripsikan beberapa
pengalaman kami, bukan berarti kami merekomendasikan Indonesia melakukan hal
yang sama dengan kami.
Saya
percaya pengalaman kami mengembangkan sistem pendidikan saat kondisi negara
kami saat itu, seperti Indonesia saat ini. Negara kami saat itu juga masih
berpendapatan rendah, tingkat pendidikan warga kami juga banyak yang tidak
tinggi, kami tertinggal di belakang negara yang pencapaiannya maju, itu sekitar
tahun 1970-80-an.
Tapi
kami punya satu kasus di mana kami mungkin melakukan hal substansi di bidang
sistem pendidikan, utamanya kulitas guru dan pembelajaran, proses ini sangat
membantu untuk Indonesia. Tapi kami tak menyarankan mencontoh persis modelnya
karena faktor-faktor perbedaan budaya, struktur masyarakat dan sebagainya.
Jadi
apa yang bisa ditransfer pada Indonesia?
Tak
ada yang kami bisa transfer, negara Anda harus mentransformasi sendiri.
Anda
sudah melihat sekilas sistem pendidikan Indonesia dan apa hal fundamental yang
mesti diubah?
Ini
kedatangan saya pertama kali, banyak diskusi dengan kolega saya di sini, dengan
guru, dengan Kemendikbud,
Saya
membaca berhati-hati, membaca rekam jejak dunia dari OECD yang mendeskripsikan
sistem pendidikan Indonesia di tahun 2013 . Permulaan yang sangat baik dengan
sistem pendidikan.
Kesimpulan
saya, Indonesia telah membuat perkembangan bernilai dengan sisetm pendidikan di
negara ini, semua orang diusahakan punya akses ke pendidikan, telah menjamin
sertifikasi guru, semua dokumen dan pakar pendidikan teman saya berdiskusi
mendorong pada fokus kualitas pembelajaran, pengajaran, guru dan sistem.
Sistemnya sudah ada dan sekarang upayanya mengembangkan kualitas.
Berdasarkan
wawancara tersebut dapat diketahui kunci lingkungan pembelajaran dari negara
Finlandia yang dapat dijadikan barometer sebagai lingkungan pembelajaran yang
ideal adalah :
1.
Memperhatikan
fasilitas taman bermain pada pendidikan dasar sebagai salah satu komponen yang
penting dalam lingkungan pembelajaran.
2.
Dalam lingkungan
pembelajaran, jumlah guru dan murid sepadan. Dengan adanya lebih dari satu guru
dalam kelas, akan menunjang kegiatan pembelajaran menjadi lebih kondusif.
3.
Penataan ruang
kelas, khususnya pada meja dan kursi siswa sengaja disusun sedemikian rupa
sebagai ruang diskusi, agar memungkinkan hubungan timbal balik antara siswa
dengan siswa dan guru dengan siswa.
4.
Penekanan
penyediaan fasilitas yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan siswa.
Misalnya, disediakan fasilitas khusus bagi siswa yang memiliki minat dalam hal
kegiata penelitian.
5.
Finlandia mampu
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dengan menyamakan siswa yang
dianggap pintar dan kurang pintar, sehingga tidak ada jurang pemisah antar
siswa yang mampu menimbulkan perpecahan dan tindakan bullying.
6.
Di Finlandia
kurikulum nasional berlaku, namun dalam pelaksanaannya sekolah berhak
mengembangkan sub kurikulumnya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan belajar
di sekolah.
Bagaimana
dengan lingkungan belajar saat ini ?
Lingkungan
belajar saat ini di Indonesia yang dapat diamati sehari-hari, antara lain
1. Dalam penataan ruang kelas, masih menggunakan model
klasik, yakni bangku dan meja siswa ditata perbaris dan bangku dan meja guru
ada di depan (berhadapan dengan bangku dan meja siswa).
2. Masih banyak sekolah yang bahkan belum mampu menyediakan
fasilitas lapangan olahraga yang lengkap.
3. Masih sedikit sekolah yang memenuhi kriteria dalam
penyediaan ruang laboratorium yang sesuai dengan stndar yang ditetapkan.
4. Umumnya sekolah masih mengabsensi siswa dilakukan secara
manual.
5. Penggunaan teknologi seperti proyektor digunakan di
lingkungan perkotaan. Selebihnya, di wilayah daerah masih menggunakan media
konvensional seperti papan tulis dan pemanfaatan teknologi masih minim.
6. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sekolah
masih terpaku pda kurikulum nasional. Belum ada pengembangan sub kurikulum dari
sekolah sendiri supaya sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah.
Diharapkan
ke depannya Indonesia mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Jika
mengacu atau Indonesia ingin menjadikan negara Finlandia sebagai contoh
barometer sebenarnya, banyak hal yang dapat diadopsi dari negara tersebut,
terutama sistemnya. Namun, perlu diperhatikan, bahwa tidak semua sistem yang
diadopsi akan cocok dengan Indonesia. Mengapa ? Karena Indonesia dan Finlandia
memiliki kebudayaan dan latar belakang yang berbeda. Indonesia dan Finlandia
memiliki permasalahan yang berbeda. Untuk itu, ketika mengadopsi suatu sistem
pendidikan, perlu pula dilakukan transformasi bentuk agar sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia dengan budaya ketimurannya.
Lingkungan
belajar yang dinilai akan ideal di masa depan, yaitu :
1. Lingkungan belajar yang mampu memanfaatkan penggunaan
teknologi secara optimal. Misalkan saja, dengan mengoptimalkan penggunaan
internet sebagai salah satu sumber belajar.
2. Kedepannya dikembangkan perpustakaan berbasis internet,
sehingga siswa dan guru dapat memanfaatkan sarana belajar ini tanpa mengenal
batasan waktu.
3. Kedepannya diharapkan sekolah diberikan keleluasaan
untuk mengembangkan model sub kurikulumnya sendiri, agar sesuai dengan keadaan
sekolah. Sehingga, kegiatan belajar mengajar tidak kaku, karena terpaku pada
kurikulum nasional.
4. Diharapkan dalam satu kelas yang sedang melaksanakan
kegiatan belajar, dalam satu kelas jumlah antara guru dan siswa sepadan (dalam
satu kelas terdapat lebih dari satu guru).
5. Peningkatan pengembangan sarana dan fasilitas yang mampu
mendukung kegiatan belajar mengajar, seperti lapangan olahraga, dan
laboratorium.
6. Sekolah menyediakan sarana berupa taman bermain. Hal ini
penting sebagai sarana siswa untuk bermain dan beristirahat, sekaligus
mengembangkan kemampuan diri dalam hal bersosialisasi.
7. Penggunaan absensi finger
print di sekolah. Hal ini mampu menjadikan kegiatan belajar menjadi lebih
efektif bagi guru, karena waktu mengajar tidak akan terbuang hanya untuk
mengabsen kehadiran siswa.
8. Ruang kelas didesain layaknya ruang untuk berdiskusi.
Dengan cara ini, akan menciptakan kedekatan antara guru dan siswa. Sehingga
kegiatan belajar menjadi lebih interaktif.
Hal yang baru saya sampaikan, jika sarana dan prasarana sudah merata dari perkotaan sampai wilayah pelosok daerah. Tapi, kenyataannya diperkirakan bahkan untuk tahun 2020 ke atas, mungkin belum semua wilayah Indonesia dapat dijangkau dengan internet, meskipun pemerintah sendiri telah mencanangkan penggunaan jaringan 5G dalam beberapa tahun kedepan. Apalagi, jika kita membicarakan bagaimana berlangsungnya sistem pembelajaran di pulau-pulau terluar Indonesia yang bahkan akses transportasinya saja masih sulit, ditambah dengan pengadaan pasokan energi listrik yang masih terbatas, misalnya untuk penerangan lampu.
Jika ingin mengadopsi sistem pendidikan di Finlandia supaya Indonesia mampu menciptakan lingkungan belajar yang ideal, menurut saya hal yang mungkin dapat dilakukan adalah mengadopsi sistem kurikulum nasional dari Finlandia. Mengapa ?
Kurikulum ini sebagai kunci. Kurikulum adalah dasar perencanaan bagi pelaksanaan pembelajaran.
Lalu, kurikulum seperti apa yang bisa Indonesia terapkan sekiranya ?
Kurikulum yang mampu merepresentasikan Indonesia secara utuh dari Sabang sampai Merauke.
Pembelajaran yang diterapkan Indonesia kini tengah mengarah pada sistem pembelajaran yang banyak memanfaatkan penggunaan teknologi. Hal yang paling mudah kita amati kini adalah maraknya penggunaan komputer, khususnya di sekolah yang berada di kota-kota besar. Pertanyaan saya, bagaimana dengan daerah terpencil ? Kalau departemen pendidikan nasional memaksakan penggunaan teknologi, seperti komputer adalah sebagai suatu keharusan bagi setiap sekolah, dan juga dibebankan pada siswa, apakah hal tersebut adil? Mengingat kesejahteraan kota-kota besar dan daerah belum tersebar secara merata.
Jika ingin memaksakan pengoptimalan anggaran pendidikan untuk membangun sarana dan prasarana untuk seluruh wilayah Indonesia, rasanya anggaran 20% dari seluruh anggaran nasional yang dimiliki Indonesia tentu masih kurang. Selain masih kurang, bagaimana dengan pengoptimalan pembangunannya? Tentu memerlukan waktu yang tidak sebentar. Belum lagi, dalam pembangunan sarana dan prasarana juga diperlukan interkoneksi antar lembaga, yang pastinya melibatkan lembaga non pendidikan (sebut saja : BUMN, pembangunan daerah tertinggal, dinas perhubungan, telekomunikasi, dan masih banyak lagi).
Mungkin bisa jika hal pembangunan diprioritaskan penting, namun ketika kita dihadapkan pada urgensi untuk membangun pendidikan nasional yang berkualitas dengan menciptakan lingkungan belajar yang ideal, maka saya berpendapat bahwa kurikulum perlu menjadi hal pertama yang perlu dikoreksi.
Saya katakan kurikulum pendidikan Indonesia TERLALU PADAT.
Saya berharap semoga kedepannya kurikulum kita bisa dibuat lebih ringkas sesuai kebutuhan.
Kurikulum yang ada di bayangan saya adalah kurikulum yang berafiliasi dengan dunia kerja. Jadi, apa yang kita pelajari di sekolah, langsung mampu menjelaskan realita yang akan dihadapi peserta didik saat dirinya memasuki dunia kerja. Seperti apa konsepnya secara rinci? Jujur, saya belum mampu menjelaskannya, karena sulit bagi saya membayangkan suatu hal yang bahkan belum pernah saya lakukan di lapangan. Ini seperti membayangkan suatu barang yang wujudnya belum pernah ada dan belum pernah di buat oleh manusia sepanjang peradaban.
Intinya, yang dapat saya jadikan kerangka untuk membentuk gagasan idealis saya perihal pendidikan adalah dengan menciptakan suatu sistem kurikulum yang bisa mengangkat karakter dan budaya setiap daerah di Indonesia. Membangun kearifan lokal yang menjadi ciri khas Indonesia sebagai bangsa dan negara dengan banyak budaya di dalamnya.
Kearifan lokal bangsa Indonesia sendiri selalu menekankan bahwa kepercayaan (keyakinan/agama) tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan bernegara. Pun dalam hal pendidikan, maka perlu adanya lateral (hubungan) antara keyakinan dan pendidikan itu sendiri. Karena, keyakinan sebagai dasar untuk membentuk mental spiritual seseorang, sehingga orang yang bersangkutan memiliki akhlah yang baik. Setelah yang bersangkutan memiliki akhlak yang baik, maka kecerdasan emosional dan kecerdasan kognitif akan mengiringi dengan pasti. Dan disinilah kualitas dari pendidikan Indonesia yang sesungguhnya akan terbentuk.
Bahwa belajar tidak hanya sekedar tentang teori-teori ilmu pengetahuan. Belajar adalah tentang seseorang dapat mengenal, lalu memahami, dilanjutkan dengan menerapkan. Kemudian berlanjut pada aspek dimana seseorang mampu menyelami hal yang telah diketahui, dipahami, dan diterapkan dengan "menganalisis" segala yang terjadi. Setelah mampu menganalisis, diharapkan seseorang akan naik pada tingkatan di mana dirinya mampu "mengevaluasi" poin-poin penting dari yang dipelajarinya selama ini. Hingga akhirnya sampai pada tingkatan di mana seseorang mampu menciptakan sesuatu yang baru atau mengembangkan hal-hal yang pernah ada menjadi lebih mutakhir.
Kurikulum yang ada di bayangan saya adalah kurikulum yang berafiliasi dengan dunia kerja. Jadi, apa yang kita pelajari di sekolah, langsung mampu menjelaskan realita yang akan dihadapi peserta didik saat dirinya memasuki dunia kerja. Seperti apa konsepnya secara rinci? Jujur, saya belum mampu menjelaskannya, karena sulit bagi saya membayangkan suatu hal yang bahkan belum pernah saya lakukan di lapangan. Ini seperti membayangkan suatu barang yang wujudnya belum pernah ada dan belum pernah di buat oleh manusia sepanjang peradaban.
Intinya, yang dapat saya jadikan kerangka untuk membentuk gagasan idealis saya perihal pendidikan adalah dengan menciptakan suatu sistem kurikulum yang bisa mengangkat karakter dan budaya setiap daerah di Indonesia. Membangun kearifan lokal yang menjadi ciri khas Indonesia sebagai bangsa dan negara dengan banyak budaya di dalamnya.
Kearifan lokal bangsa Indonesia sendiri selalu menekankan bahwa kepercayaan (keyakinan/agama) tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan bernegara. Pun dalam hal pendidikan, maka perlu adanya lateral (hubungan) antara keyakinan dan pendidikan itu sendiri. Karena, keyakinan sebagai dasar untuk membentuk mental spiritual seseorang, sehingga orang yang bersangkutan memiliki akhlah yang baik. Setelah yang bersangkutan memiliki akhlak yang baik, maka kecerdasan emosional dan kecerdasan kognitif akan mengiringi dengan pasti. Dan disinilah kualitas dari pendidikan Indonesia yang sesungguhnya akan terbentuk.
Bahwa belajar tidak hanya sekedar tentang teori-teori ilmu pengetahuan. Belajar adalah tentang seseorang dapat mengenal, lalu memahami, dilanjutkan dengan menerapkan. Kemudian berlanjut pada aspek dimana seseorang mampu menyelami hal yang telah diketahui, dipahami, dan diterapkan dengan "menganalisis" segala yang terjadi. Setelah mampu menganalisis, diharapkan seseorang akan naik pada tingkatan di mana dirinya mampu "mengevaluasi" poin-poin penting dari yang dipelajarinya selama ini. Hingga akhirnya sampai pada tingkatan di mana seseorang mampu menciptakan sesuatu yang baru atau mengembangkan hal-hal yang pernah ada menjadi lebih mutakhir.
Komentar
Posting Komentar