Menua dengan Indah dalam Perjalanan Hidup

Menjadi tua adalah hal yang tidak bisa dilawan oleh siapapun dengan cara apapun. Tua mendefinisikan bahwa diri ini sudah melalui banyak tahapan hidup selama di dunia. Melalui keadaan pasang dan surut secara berganti. Menjadi saksi dan pelaku atas berbagai peristiwa penting dalam hidup.

Saya ingin mengatakan secara jujur, bahwa sebenarnya saya bukanlah orang yang baik. Saya mengakui pada akhirnya bahwa selama ini saya berusaha bersikap seolah-olah baik. Saya memiliki alasan-alasan tersendiri yang mampu menguatkan pengakuan saya ini. Saya menyetujui banyak hal yang selama ini sebenarnya bertentangan dengan hal yang saya yakini benar dalam hati saya sendiri. Namun, saya rasa hal-hal yang seringkali terpaksa saya akui tersebut, bukanlah hal yang sangat penting bagi prinsip saya, dengan kata lain tidak merisaukan bagi saya, sehingga tak masalah.

Seringkali, banyak orang terpaksa mengikuti tatanan sosial yang sebenarnya bertentangan dengan hati nurani mereka, dengan alasan takut apabila sampai dikucilkan lingkungan sosial. Jika saya tidak ikut-ikutan seperti yang lainnya, nanti saya tidak punya teman, nanti saya sendirian, nanti saya dibenci dan dimusuhi. Jadi, seringkali berbuat baik karena takut menerima hal buruk (tidak mau menerima). Seperti ada unsur "terpaksa" yang artinya tidak ikhlas. Padahal kebaikan seharusnya didasari dengan kejujuran dan keikhlasan. Inilah alasan yang menguatkan saya bahwa sebenarnya saya bukan orang yang baik.

Suatu saat, mungkin saya akan lebih suka jika dianggap sebagai orang yang berpendirian pada hal-hal yang saya yakini sebagai prinsip kebenaran versi saya sendiri. Saya ingin berkembang menjadi sosok yang tak kenal lelah dalam menyelami makna kehidupan yang saya jalani.


Entah anda merasakan hal yang sama seperti saya atau tidak, izinkan saya menyampaikan hal yang saya rasakan ini. Mungkin ke depannya akan ada hal-hal sangat menantang dan tak terduga. Saya merasakan masuk dalam fase-fase penentuan kelayakan untuk menuju era yang selama ini didambakan. 

Era yang kemungkinan besar akan diisi oleh mereka yang terpilih oleh seleksi alam semesta yang super ketat. Mereka kemungkinan adalah bibit unggul yang sebenarnya, yang akan membawa dunia pada kedamaian yang selama ini kita dambakan. Orang yang bertakwa, berakhlak mulia kepada sesama mahluk hidup ciptaan Tuhan, dan menjunjung budaya keluhuran.

Saya sering bertanya-tanya perihal kelayakan diri saya untuk ikut menikmati era tersebut di masa depan. Kadang saya membayangkan ketika ternyata waktu hidup yang saya miliki habis sebelum era tersebut tiba. Lantas bagaimana perasaan saya?

Anda tahu, bagi saya seperti peperangan hati untuk menjawab pertanyaan yang menghinggapi saya. Bicara perihal kelayakan, saya jawab secara jujur, bahwa saya mengakui  banyak orang yang jauh lebih layak daripada saya untuk lolos ke era tersebut nantinya, namun di hati saya yang terdalam saya ingin lolos juga seperti mereka yang kelayakannya melebihi saya. Akan menyenangkan membayangkan diri ini dapat merasakan hidup penuh kedamaian di era yang baru nantinya.

Lantas, apakah saya akan "ngotot" mengubah diri saya secara drastis demi dapat lolos dan hidup di era baru tersebut?

Saya berpikir bahwa berubah drastis dalam waktu yang relatif singkat bagi saya adalah hal yang buruk. Itu tidak alami dan terlalu dipaksakan. Itu tidak akan cocok untuk diri saya. Lagipula kriteria untuk lolos pada era baru yang dimaksud ini tidak dapat dipastikan secara detail kriterianya seperti apa. Ini bukan kompetisi untuk lolos seleksi kerja pada instansi atau perusahaan tertentu, yang tesnya jelas dan kriteria yang ditetapkan pun jelas dan gamblang poin-poinnya. Penilaian dan keputusan Tuhan tidaklah sama dengan penilaian dan keputusan versi manusia. Tidak menutup kemungkinan kalau nanti akan ada orang yang dulunya (sebelum masuk era damai), dirinya termasuk pendosa. Mungkin Tuhan memberikan kesempatan pada dirinya untuk memperbaiki diri di sisa hidup yang dia miliki.

Saya memilih untuk semakin jujur perihal diri saya sendiri, baik dari sisi positif dan negatif yang saya miliki. Lebih lugas dan gamblang dalam menyampaikan poin penting dalam setiap aspek. Saya akan berusaha memperbaiki sisi buruk yang saya miliki secara perlahan.

Kenapa tidak saya coba untuk lebih menikmati hidup dan mengeksplorasi banyak hal dengan segala keterbatasan yang kini melingkupi dunia. Saya rasa hal tersebut adalah cara bersenang-senang dalam menikmati hidup yang baik. Saya tidak akan sedih jika Tuhan memanggil saya sebelum sampai pada era kehidupan yang saya dambakan itu.



Saya menikmati segala objek yang selama ini saya foto. Kebanyakan objek yang saya foto itu saya simpan, dan mungkin ada sebagian yang saya bagikan di sosial media. Tujuan saya adalah, agar orang lain di sekitar saya mampu melihat juga hal yang saya lihat. Saya ingin orang membangun persepsinya atas apa yang saya tunjukkan dari objek yang saya potret.

Mungkin akan lebih menyenangkan lagi ketika suatu saat saya dapat mencetak semua objek yang pernah saya foto dan saya simpan dalam buku album foto. Rasanya seperti ingin membuat album foto yang didalamnya ditulis keterangan mengenai objek dan momen yang berhasil saya jepret dengan kamera ponsel dan kamera potret. Menyenangkan.

Bicara perihal sosial media, saya merasakan merindukan saat di mana saya masih awam dengan hal tersebut. Kadang mengetahui banyak hal lebih dalam, malah mendatangkan rasa cemas berlebih. Diri ini seolah dituntut untuk tidak boleh tertinggal secara detail info apapun, apalagi untuk hal yang saya sangat tertarik. Ini mengurangi ketenangan saya dan jujur saja semakin sulit rasanya menikmati hidup. 

Menurut pandangan saya pribadi, sosial media ini seperti menciptakan distraksi antar masyarakat, yang akhirnya mengelompokkan masyarakat sesuai dengan masing-masing hal yang disenanginya. Ada kelompok masyarakat yang menyukai permainan, menyukai hiburan, menyukai sains, menyukai isu sosial, dan lain-lain.

Mata saya lelah menatap layar gadget terus menerus untuk memantau segala informasi yang menurut saya penting. Saya jadi merindukan masa kecil saya, di mana lebih suka menghabiskan waktu dengan buku-buku saya dan sesekali menonton acara yang menyenangkan. Saya juga lebih menyukai permainan real dengan saudara saya ketika kami ada waktu luang di rumah.

Memang pernah terpikirkan jika suatu saat mungkin ada benarnya untuk menghapus semua sosial media yang saya miliki. Namun, hal tersebut memang beresiko jika dipikirkan, sehingga saya mengambil pilihan mengurangi interasksi jenis sosmed yang saya miliki dan tidak perlu memperhatikan postingan yang memang tidak penting nilai urgensinya bagi kehidupan saya. Poin tersulitnya adalah untuk mengurangi "candu" pada hal yang memang saya sukai, tapi saya akan berusaha untuk lepas secara perlahan sampai akhirnya sosmed bagi saya tak ubahnya telepon jaman dulu yang hanya bisa sms dan telepon biasa. Saya ingin seperti ibu yang bisa mengendalikan diri menggunakan sosial media seperlunya.

Saya tidak mau berakhir menjadi "pecandu" sosial media. Pokoknya nggak mau! 

Sangat penting untuk mempertahankan nilai oroginalitas diri anda. Hal tersebut harus saya tekankan.

Saya menyadari bahwa saya semakin bertambah tua. Memang ada rasa khawatir, akan tetapi di sisi lain saya merasa lega karena saya bertambah tua secara alami. Saya semakin menyadari betapa damainya ketika diri ini berlapang dada dengan segala hal yang kadang menyakitkan hati.

Tidak apa jika diri ini ternyata dipanggil oleh-Nya sebelum era penuh kedamaian itu tiba. Saya akan berusaha memperbaiki diri secara perlahan. Dan apabila saya diberikan kesempatan untuk sampai pada era yang damai itu, saya berharap dapat memberikan kontribusi sesuai kemampuan yang saya miliki (Tuhan titipkan kepada saya selama hidup).

Saya bukan mahluk yang hatinya sesuci malaikat. Saya adalah manusia. Iya, seorang manusia pemimpi. Orang yang seringkali tidak dapat menjelaskan secara gamblang kepada khalayak perihal isi hati saya dan hal yang saya tebak akan terjadi nantinya. Saya menyimpan banyak hal sendirian untuk hal yang saya analisis dalam pikiran dan intuisi saya sering muncul tiba-tiba. Saya memang individualis (solo player) yang berusaha menjaga stabilitas keadaan dengan bersikap sebaik mungkin pada orang lain dan berusaha menjadi pendengar bagi yang membutuhkan. Saya berusaha mewujudkan secara perlahan mengenai hal yang saya impikan dengan menyeimbangkan kemampuan pikiran dan perasaan yang saya miliki, dengan dasar intuisi yang menjadi kompas dalam menentukan langkah.

Apapun yang kamu pikirkan dan rasakan di dalamnya, akan mempengaruhi dirimu. Jujurlah dulu pada dirimu, lalu perbaiki sisi burukmu perlahan. Keindahan sesungguhnya berasal dari pancaran jiwamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa

SEMIKONDUKTOR

3 Macam Interaksi Cahaya pada Materi