PERBEDAAN SEL BATERAI KERING DAN SEL BATERAI BASAH

PERBANDINGAN BATERAI BASAH MEIDENSHA GARDU TRAKSI KRANJI DENGAN BATERAI KERING TOSHIBA GARDU TRAKSI BEKASI TIMUR DI LAA RESORT  1.10 CIKARANG

Berikut ini adalah laporan dari Praktik Kerja Lapangan yang pernah dilaksanakan pada Februari 2018.


1. PENDAHULUAN

Jadwal Pelaksanaan

Nama Perusahaan : PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 1 Jakarta UPT Resort LAA 1.10 Cikarang

Alamat : Jl. Jend. Soedirman No.17, Kranji, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jawa Barat 17135

Waktu PKL : 1 Februari 2018 s/d 28 Februari 2018

Melalui perundingan dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 1 Jakarta UPT LAA Resort 1.10 Cikarang untuk mengadakan PKL, maka hasilnya adalah selama 1 bulan dari tanggal 1 Februari-28 Februari 2018. Oleh karena itu, penulis dan rekan-rekan diwajibkan masuk jam 08.00 WIB, karena kami sebagai mahasiswa PKL, maka mendapatkan kompensasi waktu kerja hanya sampai jam 16.00 WIB.

 

Wilayah Pekerjaan PKL

Gardu traksi yang dikelola oleh UPT LAA

Adapun ruang lingkup dari Praktik Kerja Lapangan di PT. KAI, UPT Resort LAA 1.10 Cikarang adalah pada bagian Listrik Aliran Atas (LAA). Hal yang penulis pelajari selama kegiatan PKL berlangsung, mengenai sistem pendistribusian tegangan listrik pada kereta api listrik, yang di antaranya terdiri dari :

1. Gardu Traksi

2. Sistem Catenary

3. Distribusi 6 kV

4. SPJJ

Penulis memilih 1 bagian lingkup pekerjaan dikarenakan untuk penerapan ilmunya sama dengan peminatan yang diambil di jurusan, yakni bagian pendistribusian listrik DC sebagai pengaman utama yang terdapat di dalam gardu traksi, yaitu baterai. Sehingga secara tidak langsung, penulis pun dapat belajar dan mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya dalam mata kuliah peminatan yang penulis ambil. 



2. PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Dalam seminggu, praktik kerja lapangan berlangsung selama 6 hari, yakni pada hari Senin hingga hari Sabtu. Praktik kerja lapangan dimulai dari pukul 09.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB.


Tabel Jadwal Perencanaan Pelaksanaan

No.

Tanggal

Uraian Kegiatan

Minggu

1

2

3

4

1.

1 Februari 2018

Pengenalan Staff UPT Resort 1.10 LAA Cikarang.

Pemeliharaan gardu traksi gedung. 

 

 

 

 

2.

2 Februari 2018

Pemeriksaan jaringan visual LAA (Emp-Kri)

Perawatan peralatan HSCB

Perawatan distribusi daya (VCB 20 KV dan 6 KV)

 

 

 

 

3.

3 Februari 2018

Crossing Barat dan crossing Timur (EMP-TB)

 

 

 

 

4.

4 Februari 2018

Libur

 

 

 

 

5.

5 Februari 2018

Pemeriksaan jaringan visual LAA (EMP-BKS)

Crossing Barat (EMP-BKS)

Crossing Timur (EMP-BKS)

 

 

 

 

6.

6 Februari 2018

Pemeriksaan jaringan visual LAA (BKS-BKT)

Check detail atau TL malam (KRI-BKS)

 

 

 

 

7.

7 Februari 2018

Pemeriksaan visual jaringan LAA (BKT-TB)

Check detail atau TL malam (KRI-BKS)

 

 

 

 

8.

8 Februari 2018

Check detail atau TL malam (KRI-BKS)

Pemeriksaan visual jaringan LAA (BKT-TB)

Pemeriksaan gardu traksi Cikarang

 

 

 

 

9.

9 Februari 2018

Pemeriksaan visual jaringan LAA (EMP-TB)

Pemeriksaan visual jaringan LAA (TB-CIT)

SDSH BKS NEW :

Kebersihan peralatan PDL

Pengukuran tegangan, arus, pengecekan putaran fasa

Pengujian fungsi changeover switch

 

 

 

 

10.

10 Februari 2018

Pemeriksaan visual jaringan LAA (CIT-CKR)

 

 

 

 

11.

11 Februari 2018

Libur

 

 

 

 

12.

12 Februari 2018

Pemeriksaan visual jaringan LAA (EMP-BKS)

Perawatan peralatan HSCB :

Perawatan peralatan DC kubikel HSCB

Pengecekan dan pengambilan rekam data elektrik

 

 

 

 

13.

13 Februari 2018

Pemeliharaan gardu traksi Cibitung

SDSH TB :

Kebersihan peralatan PDL

Pengukuran tegangan, arus, pengecekan putaran fasa

Pengujian fungsi changeover switch

 

 

 

 

14.

14 Februari 2018

Pemeliharaan gardu traksi Cibitung pada peralatan tegangan rendah :

Perawatan peralatan tegangan rendah

Pengecekan baterai dan charger

Pengujian fungsi space heater

Pengujian fungsi changeover switch

Pengujian kapasitas baterai

Pemeliharaan gedung gardu traksi Cibitung

 

 

 

 

15.

15 Februari 2018

Gardu traksi Cikarang pada peralatan tegangan rendah :

1.Perawatan peralatan tegangan rendah

2. Pengecekan baterai dan charger

3. Pengujian fungsi

 

 

 

 

16.

16 Februari 2018

SDSH Cikarang :

1. Kebersihan peralatan PDL

2. Pengukuran tegangan, arus, pengecekan putaran fasa

3. Pengujian fungsi changeover switch

 

Check list perawatan peralatan penerima daya CTA

1. Peralatan penerima daya

2. Perawatan trafo

 

Perawatan penyearah (SR)

 

Peralatan tegangan rendah :

1. Perawatan peralatan tegangan rendah

2. Pengecekan baterai dan charger

3. Pengujian fungsi space heater

4. Pengujian fungsi changeover switch

5. Pengujian kapasitas baterai

 

 

 

 

17.

17 Februari 2018

Peralatan tegangan rendah :

1. Perawatan peralatan tegangan rendah

2. Pengecekan baterai dan charger

3. Pengujian fungsi space heater

4. Pengujian fungsi changeover switch

5. Pengujian kapasitas baterai

 

 

 

 

18.

18 Februari 2018

Libur

 

 

 

 

19.

19 Februari 2018

Perawatan peralatan HSCB :

1. Perawatan peralatan DC kubikel (HSCB)

2. Pengecekan dan pengambilan data rekam elektrik

 

 

 

 

20.

20 Februari 2018

Check detail/TL malam

Tinggi deviasi lengkung

 

 

 

 

21.

21 Februari 2018

Tinggi deviasi lengkung

Check detail/TL malam

 

 

 

 

22.

22 Februari 2018

Tinggi deviasi lengkung KM 3=+0+6/8

 

 

 

 

23.

23 Februari 2018

Tinggi deviasi lengkung KM 30+6/8

Perawatan peralatan HSCB :

1. Perawatan peralatan DC kubikel (HSCB)

2. Pengecekan dan pengambilan data rekam elektrik


 

 

 

 

24.

24 Februari 2018

Tinggi deviasi lengkung KM 35+1/6

 

 

 

 

25.

25 Februari 2018

Libur

 

 

 

 

26.

26 Februari 2018

Crossing barat

Perawatan peralatan HSCB :

1. Perawatan peralatan DC kubikel (HSCB)

2. Pengecekan dan pengambilan data rekam elektrik

 

 

 

 

27.

27 Februari 2018

Check detail/TL malam

Counter trip

 

 

 

 

28.

28 Februari 2018

Tinggi deviasi lengkung KM 35+1/6

Check detail/TL malam

 

 

 

 


Tabel Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

No.

Tanggal

Uraian Kegiatan

Minggu

1

2

3

4

1

Kamis, 1 Februari 2018

Pengenalan Staff UPT Resort LAA 1.10 Cikarang

Pemeliharaan gardu traksi Kranji

 

 

 

 

2

Jumat, 2 Februari 2018

Pemeriksaan gardu traksi di Bekasi Timur

 

 

 

 

3

Sabtu, 3 Februari 2018

Perawatan HSCB (High Speed Circuit Breaker) utama di gardu traksi Kranji

 

 

 

 

4

Minggu, 4 Februari 2018

Libur

 

 

 

 

5

Senin, 5 Februari 2018

Pemeriksaan visual jaringan LAA (Listrik Aliran Atas) dari stasiun Kranji hingga stasiun Bekasi

 

 

 

 

6

Selasa, 6 Februari 2018

Pemeriksaan visual jaringan LAA (Listrik Aliran Atas)

Emplacement bagian timur stasiun Bekasi

 

 

 

 

7

Rabu, 7 Februari 2018

Pemeriksaan visual jaringan LAA

Emplacement bagian barat stasiun Bekasi

 

 

 

 

8

Kamis, 8 Februari 2018

Pengulangan pemeriksaan visual jaringan LAA

Emplacement bagian barat dan timur stasiun Bekasi

 

 

 

 

9

Jumat, 9 Februari 2018

Pemeriksaan visual jaringan LAA

Crossing barat dan crossing timur stasiun Tambun

 

 

 

 

10

Sabtu, 10 Februari 2018

Standby di kantor UPT LAA Resort 1.10 Cikarang (di stasiun Kranji)

 

 

 

 

11

Minggu, 11 Februari 2018

Libur

 

 

 

 

12

Senin, 12 Februari 2018

Pemeriksaan visual jaringan LAA

Pengukuran lengkung deviasi di stasiun Kranji

 

 

 

 

13

Selasa, 13 Februari 2018

Standby di kantor UPT LAA Resort 1.10 Cikarang (di stasiun Kranji)

 

 

 

 

14

Rabu, 14 Februari 2018

Standby di kantor UPT LAA Resort 1.10 Cikarang (di stasiun Kranji)

 

 

 

 

15

Kamis, 15 Februari 2018

Libur

 

 

 

 

16

Jumat, 16 Februari 2018

Libur Hari Raya Imlek

 

 

 

 

17

Sabtu, 17 Februari 2018

Libur

 

 

 

 

18

Minggu, 18 Februari 2018

Libur

 

 

 

 

19

Senin, 19 Februari 2018

Pemeriksaan gardu traksi Bekasi Timur

 

 

 

 

20

Selasa, 20 Februari 2018

Mengamati gardu traksi di stasiun Kranji

 

 

 

 

21

Rabu, 21 Februari 2018

Pemeriksaan SDSH di stasiun Bekasi

 

 

 

 

22

Kamis, 22 Februari 2018

Pengukuran ketebalan kabel trolley di stasiun Bekasi

 

 

 

 

23

Jumat, 23 Februari 2018

Standby di kantor UPT LAA Resort 1.10 Cikarang (di stasiun Kranji)

 

 

 

 

24

Sabtu, 24 Februari 2018

Pemeriksaan dan pengukuran baterai di gardu traksi stasiun Kranji

 

 

 

 

25

Minggu, 25 Februari 2018

Libur

 

 

 

 

26

Senin, 26 Februari 2018

Pemeriksaan dan pengukuran baterai di gardu traksi stasiun Bekasi Timur

 

 

 

 

27

Selasa, 27 Februari 2018

Pemeriksaan dan pengukuran baterai di gardu traksi stasiun Cibitung

 

 

 

 

28

Rabu, 28 Februari 2018

Pemeriksaan SDSH

Pemeriksaan gardu traksi

Pengukuran baterai di gardu traksi stasiun Cikarang

 

 

 

 


3. ANALISIS PEKERJAAN

3.1 Baterai Basah Gardu Traksi Stasiun Kranji dan Baterai Kering Gardu Traksi Stasiun Bekasi Timur

3.1.1 Pengertian Baterai

Baterai adalah sel elektrokimia yang terdiri dari sepasang elektroda (katoda-anoda) dan elektrolit. Sel ini berfungsi sebagai sumber energi listrik yang diperoleh sebagai hasil konversi energy kimia melalui reaksi redoks (reduksi dan oksidasi). Reaksi reduksi berlangsung pada katoda dan reakdi oksidasi berlangsung pada anoda. Reaksi reduksi adalah reaksi penambahan electron dan penurunan bilangan oksidasi, sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan electron dan penambahan bilangan oksidasi. Seiring dengan reaksi redoks tersebut, dalam sel baterai terjadi proses difusi ion dalam larutan dari katoda ke anoda, dan pada rangkaian luar terjadi transfer electron dari anoda ke katoda.

Antara satu sel dengan sel lainnya dipisahkan oleh dinding penyekat yang ada dalam bak baterai, sehingga ruang pada tiap sel tidak berhubungan. Hal ini dikarenakan cairan tiap sel baterai tidak berhubungan. Hal ini dengan syarat juga bahwa dinding antar sel baterai tidak bocor atau merembes.

Di dalam satu sel terdapat susunan pelat, yaitu beberapa pelat untuk kutub positif (antar pelat dipisahkan oleh kayu, ebonit atau plastik, tergantung teknologi yang digunakan) dan beberapa pelat untuk kutub negatif. Bahan aktif dari pelat positif terbuat dari oksida timah cokelat (PbO2), sedangkan bahan aktif dari pelat negatif adalah timah (Pb) berpori (seperti bunga karang). Pelat-pelat tersebut terendam oleh cairan elektrolit yaitu asam sulfat (H2SO4).

 

 

3.1.2 Fungsi Baterai

Baterai adalah alat untuk menyimpanan sumber dari tenaga listrik dengan melalui proses elektrokimia sehingga sumber dari tenaga listrik dapat diubah menjadi tenaga kimia dan sebaliknya tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Fungsi baterai adalah untuk memberikan sumber tenaga listrik yang cukup pada sebuah peralatan misalnya untuk menghidupkan mobil/motor (starter) serta melayani proses pada sistem pengapian hingga melayani penerangan lampu dan kebutuhan lainnya pada mobil atau motor.

 

 

3.1.3 Komponen pada Baterai

Baterai yang hendak dibahas pada praktik kerja lapangan kali ini adalah baterai yang digunakan pada gardu traksi yang ada di Kranji dan gardu traksi Bekasi Timur.

Pada gardu yang terdapat di stasiun Bekasi Timur, baterai yang digunakan adalah baterai jenis sel kering dengan merk Toshiba. Adapun komponen-komponen baterai yang terdapat pada baterai sel kering Toshiba pada bagian indicator charger, antara lain :

a. Indikator tegangan input panel charger baterai (sisi primer trafo)

b. Indikator arus input panel charger baterai

c. Indikator tegangan baterai

d. Indikator arus output rectifier

e. Indikator arus ke beban

f. Indikator lampu panel charger baterai

g. Selektor panel charger baterai

h. Lamp test

 

Pada gardu traksi yang terdapat di stasiun Kranji, baterai yang digunakan adalah baterai jenis sel basah dengan merk Meidensha. Adapun komponen-komponen baterai yang terdapat pada baterai sel basah Meidensha pada bagian indicator charger, antara lain :

a. Indikator arus baterai

b. Tegangan baterai

c. Indikator tegangan input rectifier

d. Indikator mode charger baterai

 

 

3.1.4 Perbedaan Baterai Primer (Sel Kering) dan Baterai Sekunder (Sel Basah)

Perlu diketahui secara umum system baterai dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Baterai primer

b. Baterai sekunder

Pada kesempatan praktik kerja lapangan yang telah dijalani oleh penulis, di UPT LAA Resort 1.10 Cikarang sendiri ternyata memiliki 2 jenis baterai, yaitu baterai primer (sel kering) yang terdapat di gardu traksi stasiun Bekasi Timur, gardu traksi stasiun Cibitung, dan gardu traksi stasiun Cikarang dan baterai sekunder (sel basah) yang terdapat di gardu traksi stasiun Kranji.

a. Baterai Primer

Sistem baterai primer merupakan baterai yang tidak dapat diisi ulang setelah habis masa pemakaiannya.

Tabel Pengukuran Sel Baterai Kering di Gardu Traksi Stasiun Bekasi Timur

No Sel

Tegangan (Volt)

1

6.103

2

6.099

3

6.144

4

6.123

5

6.123

6

6.121

7

6.113

8

6.123

9

6.129

10

6.13

11

6.128

12

6.131

13

6.128

14

6.139

15

6.138

16

6.129

17

6.129

Jumlah Tegangan (Volt)

104.13

Tegangan Rata-rata (Volt)

6.125


Tabel tersebut merupakan data yang didapatkan serelah pengukuran sel baterai kering. Jika dijumlahkan, maka tegangan total baterai yang terukur sebesar 104,13 Volt, dan memiliki tegangan rata-rata tiap sel sebesar 6,125 Volt.

Tegangan yang didapatkan setelah dirata-ratakan tersebut, sebenarnya bukan berasal dari tegangan 1 sel baterai. Perlu diketahui bahwa sebenarnya satu sel baterai ini memiliki 4 sub sel dengan tegangan sebesar 1,5 Volt. Sehingga dapat menghasilkan tegangan yang nantinya dapat terukur sebesar 6 Volt.

Baterai primer disebut sel kering, karena banyaknya air relative rendah, namun kelembapan mutlak perlu agar ion-ion dapat berdifusi di antara electrode-elektrode. Isi sel baterai kering jika diuraikan terdiri dari batu kawi (MnO2), salmiak (NH4Cl), karbon (C), dan sedikit air (jadi sel ini tidak 100% kering). Zink berfungsi sebagai anode, sedangkan katode digunakan electron inert, yaitu grafit yang dicelupkan di tengah-tengah pasta. Pasta ini sendiri berfungsi sebagai oksidator. Reaksi yang terjadi di sel baterai kering, dapat dirumuskan sebagai berikut.

 

Anode  : Zn(s) à Zn2+(aq) + 2e

Katode : 2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e à Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)

________________________________________________________+

Zn(s) + 2NH4+(aq) + 2MnO2(s) à Zn2+(aq) + Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)


Tabel Pengukuran Panel AC DC Di Gardu Traksi Stasiun Bekasi Timur

Tegangan

 

MCCB 1

(Volt)

MCCB 2 (Volt)

Suplay charger baterai

(Volt)

Phasa R-S

380 V AC ±10%

 405,9

 402,1

 404,3

Phasa S-T

 405

 403,2

 404,2

Phasa R-T

 403

 400,9

 401,2

Sumber suplay charger baterai

6 KV/20 KV/1200 KV

1200 V

-


 

Tabel Pengukuran Panel Charger Baterai Di Gardu Traksi Stasiun Bekasi Timur

Tegangan AC input

380 V AC ±10% 

396,4 V AC 

Tegangan pengisian DC

110 V DC ±10%  

 115 V DC

125 V DC ±10%   

Arus pengisian/output charger baterai

 0-30 A DC

 4 A DC

Mode pengisian (Auto)

 

Tegangan baterai pada posisi auto

115 V DC 


Tabel Tes Pembebanan Baterai Di Gardu Traksi Stasiun Bekasi Timur

Tegangan total awal

 110 V DC ±10% 

113,9 V DC

10.10 WIB

 125 V DC ±10% 

Tegangan total akhir setelah discharger

 

104,2 V DC

11.10 WIB



Berdasarkan data yang didapat dari tabel tes pembebanan baterai, diketahui bahwa baterai mengalami penurunan tegangan sebesar 9,7 Volt dalam waktu 1 jam akibat uji pembebanan untuk mengetahui kondisi kinerja baterai.

Berarti, setiap detiknya baterai mengalami penurunan tegangan sebesar :

b. Baterai Sekunder

Sistem baterai sekunder dapat diisi ulang. Untuk sistem baterai sekunder, bahan katoda dan anoda harus bersifat recyclable atau dapat terbentuk kembali bila diberi tegangan listrik dari luar, melalui reaksi kimia yang bersifat reversible. Reaksi kimia dalam sel baterai sekunder dapat dikembalikan oleh pemberian tegangan luar, yaitu dengan membalik polaritas tegangan sehingga reaksi berlangsung ke arah yang berlawanan dengan arah reaksi redoks semula.

Tabel Pengukuran Baterai Sekunder Di Gardu Traksi Stasiun Kranji

No Sel

Tegangan (Volt)

1

1.328

2

1.308

3

1.305

4

1.318

5

1.318

6

1.33

7

1.373

8

1.317

9

1.331

10

1.323

11

1.328

12

1.333

13

1.342

14

1.294

15

1.321

16

1.321

17

1.323

18

1.335

19

1.311

20

1.266

21

1.329

22

1.314

23

1.317

24

1.31

25

1.433

26

1.298

27

1.307

28

1.295

29

1.314

30

1.296

31

1.31

32

1.307

33

1.312

34

1.29

35

1.313

36

1.305

37

1.443

38

1.308

39

1.422

40

1.456

41

1.303

42

1.136

43

1.294

44

1.311

45

1.31

46

1.282

47

1.286

48

1.289

49

1.284

50

1.291

51

1.304

52

1.303

53

1.295

54

1.287

55

1.287

56

1.29

57

1.295

58

1.297

59

1.292

60

1.3

61

1.293

62

1.292

63

1.302

64

1.302

65

1.285

66

1.294

67

1.294

68

1.286

69

1.294

70

1.289

71

1.303

72

1.284

73

1.293

74

1.28

75

1.299

76

1.01

77

1.305

78

1.297

79

1.29

80

1.293

Jumlah tegangan (Volt)

104.425

Rata-rata tegangan (Volt)

1.305


Tabel di atas merupakan data yang didapatkan setelah pengukuran sel baterai basah. Jika dijumlahkan, maka tegangan totL Baterai yang terukur sebesar 104,425 Volt, dan memiliki tegangan rata-rata tiap sel sebesar 1,305 Volt. Selain hasil dari pengukuran dan perhitungan pada tegangan yang dimiliki setiap sel, dilakukan pula pengukuran berat jenis (ρ) sel baterai dan didapatkan hasilnya sebesar 1,25 kg/m3.

Perlu diketahui bahwa elektrolit pengisi sel baterai sekunder yang terdapat di Kranji ini terdiri atas campuran asam sulfat (H2SO4) dan air. Diketahui berat jenis  (ρ) yang dimiliki asam sulfat sebagai elektrolit murni dengan molaritas 1 M sebesar 1,50 kg/m3. Didapatkan pula berat jenis air (ρ) sebesar 1 kg/m3. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui faktor yang menyebabkan berat jenis dari setiap sel baterai sekunder sebesar 1,25 kg/m3. Alasannya, karena ketika 2 larutan yang memiliki berat jenis berbeda dicampurkan, maka akan menghasilkan berat jenis yang berbeda. Dapat dirumuskan :



Asam sulfat (H2SO4) sebagai larutan elektrolit pada sel baterai sekunder ini dipilih karena memiliki nilai tahanan jenis (ρ) yang kecil, yakni sebesar 1,31 (Ohm cm), maka memiliki sifat konduksi yang baik. Sifat konduksi ini penting sebagai faktor penentu aliran listrik. Asam sulfat sendiri masuk dalam kategori konduktor elektrolit.

Susunan fisik sel baterai sekunder di gardu traksi Kranji berbeda dengan sel baterai primer yang ada di gardu traksi Bekasi Timur yang merupakan gabungan dari 4 sub sel yang dirangkai secara paralel. Sel baterai basah benar-benar bersifat tunggal.

Sel baterai basah terdiri atas Pb (timbal atau timah hitam) sebagai anode, dan PbO2 sebagai katode. Keduanya merupakan zat padat yang dicelupkan dalam larutan asam sulfat (H2SO4). Berikut adalah reaksi pengosongan yang terjadi pada sel baterai basah.

Anode  : Pb(s) + HSO4(aq) à PbSO4(s) + H+(aq) + 2e

Katode : PbO2(S) + HSO4(aq) + 3H+(aq) + 2e à PbSO4(s) + 2H2O(l)

______________________________________________________________________+

Pb(s) + PbO2(S) + 2HSO4(aq) + 2H+(aq) à 2 PbSO4(s) + 2H2O(l)

 

Sel baterai basah dapat diisi kembali, karena hasil reaksi pengosongan pada sel baterai basah tetap melekat pada kedua elektrode. Pengisian sel baterai basah dapat dilakukan dengan membalik arah aliran electron pada kedua electrode. Pada pengosongan baterai basah, anode (Pb) mengirim electron pada katode. Sebaliknya, pada pengisian sel baterai basah, electrode Pb dihubungkan dengan kutub negative sumber arus sehingga PbSO4 yang terdapat pada electrode Pb itu direduksi. Sementara itu PbSO4 yang terdapat pada electrode PbO2 mengalami oksidasi membentuk PbO2.

Berikut adalah reaksi pengisian sel baterai basah.

Elektrode Pb sebagai katode :

PbSO4(s) + H+(aq) + 2e à Pb(s) + HSO4(aq)

Elektrode PbO2 sebagai anode :

PbSO4(s) + 2H2O(l) à Pb(s) + PbO2(S) + 2HSO4(aq) + 2H+(aq)

________________________________________________________________+

2 PbSO4(s) + 2H2O(l) à Pb(s) + PbO2(S) + 2HSO4(aq) + 2H+(aq)


Tabel Pengukuran Panel AC DC Di Gardu Traksi Stasiun Kranji

Tegangan

 

MCCB 1 (Volt)

MCCB 2 (Volt)

Suplay charger baterai (Volt)

Phasa R-S

380 V AC ±10%

395,5

394,4

393,5

Phasa S-T

389,6

391,7

395,1

Phasa R-T

387,3

395,9

392,5

Sumber suplay charger baterai

6 KV/20 KV/1200 KV

1200 V

-


Tabel Pengukuran Panel Charger Di Gardu Traksi Stasiun Kranji

Tegangan AC input

380 V AC ± 10% 

390 V AC 

Tegangan pengisian DC

 110 V DC ± 10%

 115,9 V DC

 125 V DC ± 10%

Arus pengisian/output charger baterai

 0-30 A DC

5 A DC 

Mode pengisian (Auto)

 

Tegangan baterai pada posisi auto

115,9 V DC 


Tabel Tes Pembebanan Baterai Di Gardu Traksi Stasiun Kranji

Tegangan total awal

 110 V DC ± 10%

107,3 V DC

10.20 WIB

 125 V DC ± 10%

Tegangan total akhir setelah discharger

96,5 V DC

11.20 WIB


Berdasarkan data yang didapat dari tabel pembebanan baterai, diketahui bahwa baterai mengalami penurunan tegangan sebesar 10,8 Volt dalam waktu 1 jam akibat uji pembebanan untuk mengetahui kondisi kinerja baterai.

Berarti, setiap detiknya baterai mengalami penurunan tegangan sebesar :


Perbedaan berikutnya yang dapat ditemukan antara sel baterai kering dan sel baterai basah, adalah jika pada sel baterai kering sulit untuk dilakukan perhitungan potensial pada setiap sel, karena telah disebutkan sebelumnya bagaimana kompleksnya reaksi sel yang terjadi pada sel baterai kering. Selain kompleks, jumlah konsentrasi pada bahan penyusun sel baterai kering sulit untuk ditentukan besarnya secara pasti.

Pada sel baterai basah, reaksinya lebih sederhana. Selain itu, konsentrasi pengisi selnya dapat ditentukan dengan pasti besarnya berapa, sehingga dapat dilakukan perhitungan potensial sel.

 

Perhitungan potensial sel pada kesempatan ini, untuk sel baterai basah yang terdapat di gardu traksi Kranji dapat dihitung dengan persamaan Nernst.

Untuk reaksi :

aAa+ + ne ← →bBm+

Potensial electrode (E) dirumuskan oleh Nernst dengan persamaan berikut :



Di mana :

E0 = Potensial electrode standar

R = Konstanta gas (8,314 kJ/mol)

T = Temperatur (K)

F = Konstanta Faraday (96.500 Coulomb)

n = Banyaknya electron yang ditransfer

Persamaan Nernst ini memberikan gambaran bahwa potensial sel elektrokimia, khususnya pada sel baterai basah di Kranji ini sebenarnya dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit yang terlibat dalam reaksi sel. Oleh karena itu, jika konsentrasi elektrolit pada sel baterai basah ini berkurang, bahkan sampai lebih kecil dari ambang batas minimum level, maka daya listrik dalam sel baterai basah pun berkurang.

Untuk dapat mengetahui besar konsentrasi elektrolit pada persamaan reaksi, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan Hukum Faraday. Di sini Faraday menemukan hubungan kuantitatif antara massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis dengan jumlah listrik yang digunakan. Penemuan ini disimpulkan dalam 2 hukun sebagai berikut.

Hukum Faraday 1 : “Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus dengan jumlah listrik yang digunakan (Q).”

G ≈ Q…………………………………………………………………………………(Persamaan 3.5)

Jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus (I) dengan waktu (t).

Q = I x t (Coulomb)…………………………………………………………………(Persamaan 3.6)

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa :

G ≈ i t………………………………………………………………………………(Persamaan 3.7)

Hukum Faraday 2 : “Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus dengan massa ekuivalen zat itu (ME).”

G ≈ ME………………………………………………………………………………(Persamaan 3.8)

Penggabungan hukum Faraday 1 dan 2, menghasilkan persamaan sebagai berikut :

G = k x I x t x ME……………………………………………………………………(Persamaan 3.9)

Di mana :

k = tetapan pembanding 1/96.500

Jadi, persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai berikut :



Keterangan :

G = Massa yang dibebaskan (dalam gram)

I = Kuat arus (Ampere)

t = Waktu (dalam detik)

ME = Massa ekuivalen

Massa ekuivalen dari unsur-unsur logam sama dengan atom relative (Ar) dibagi dengan bilangan oksidasinya (biloks).



3.2 Hambatan dan Solusi Pekerjaan

Dalam pelaksanaan kegiatan pengukuran baterai, baik itu di gardu traksi stasiun Kranji dan gardu traksi stasiun Bekasi Timur, ada ketentuan yang perlu diperhatikan. Ketentuan tersebut mengacu pada Pedoman Pemeriksaan dan Perawatan STE (Signalling, Telecommunication, and Electricity), yang muatannya adalah sebagai berikut :

 

A. Tujuan :

Kegiatan pemeriksaan mengenai parameter tertentu dalam rangka pendiagnosaan kelainan atau kondisi substandar peralatan charger baterai setelah beroperasi selama 1 bulanan serta untuk memastikan kondisi operasional dari charger baterai dalam keadaan normal.

B. Ruang Lingkup

Pemeriksaan berkala 1 bulanan peralatan charger baterai pada UPT LAA Resort 1.10 Cikarang. Kegiatan pemeriksaan terdiri dari pengamatan kondisi fisik secara visual, suara, dan bau dari perangkat charger baterai.

Beberapa bagian dan peralatan yang diperiksa adalah :

                       a. Panel AC DC :

                          1. Kubikel

                          2. Change over panel

                          3. Tegangan

                          4. Suplay charger baterai

                          5. Exhaust fan

                       b. Panel charger baterai

                          1. Kubikel

                          2. Tegangan input AC

                          3. Tegangan output charger

                          4. Arus pengisian atau output charger baterai

                          5. Lampu indicator dan alarm

                          6. Mode pengisian

                          7. Ventilasi dan exhaust fan

                       c. Baterai

                          1. Rak baterai

                          2. Tegangan per cell atau per block

                          3. Tes pembebanan (1 jam)

                          4. Level elektrolit (khusus baterai basah)

                          5. Berat jenis (khusus baterai basah)

 

Dalam melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengukuran baterai di gardu traksi Kranji, penulis mendapatkan pengarahan langsung dari Kepala UPT LAA Resort 1.10 Cikarang, dan penulis juga dibantu oleh 2 orang rekan lainnya sesame mahasiswa yang melaksanakan kegiatan PKL.

Pada kegiatan pengukuran sel baterai, ditemukan satu penyimpangan keadaan pada 1 dari 80 sel baterai yang terukur. Pada bagian yang menjelaskan perbedaan antara sel baterai kering dan sel baterai basah, tepatnya pada tabel pengukuran sel baterai basah di Kranji, ada tanda yang sengaja penulis beri warna merah, yakni pada sel nomor 76, didapati nilai tegangan sel yang sebenarnya di bawah batas normal, yakni sebesar 1,01 Volt (dari yang seharusnya minimal 1,2 Volt). Hal semacam ini sebenarnya dapat disebabkan oleh :

                       1. Pengisian sel baterai yang tidak bersamaan

        Perlu diketahui banyak faktor yang kemudian menyebabkan pengisian 80 sel baterai tidak dilakukan secara bersamaan. Misalkan, seminggu yang lalu dilakukan pengisian. Sebelumnya dilihat parameter level elektrolit sel baterai masih aman atau tidak. Jika di atas garis minimum, biasanya sel baterai tidak perlu diisi ulang, sedangkan jika ditemukan parameter level elektrolit baterai di bawah garis minimum, maka langsung dilakukan pengisian. Tentu dengan kondisi tersebut kedepannya masing-masing sel baterai akan mencapai level elektrolit minimum dalam waktu yang berbeda-beda.

                       2. Perbedaan tingkat konsentrasi asam sulfat yang ada pada setiap sel baterai

        Perbedaan tingkat konsentrasi ini masih mengacu pada pengisian sel baterai yang semuanya tidak bersamaan. Dengan waktu yang tidak bersamaan, biasanya akan aka nadanderungan saat pengisian berikutnya akan ditambahkan air dengan volume tertentu sesuai kebutuhan sampai pada parameter level elektrolit yang maksimum. Tentu dengan sejumlah campuran asam sulfat. Hal ini menyebabkan konsentrasi asam sulfat pada sel baterai yang mengalami pengisian tersebut akan berubah.

Kemudian, pada kegiatan pemeriksaan dan pengukuran baterai di gardu traksi Cikarang, ditemukan permasalahan saat dilakukan pengukuran tegangan pembebanan awalnya sel baterai kering menghasilkan tegangan 103,1 Volt DC, kemudian setelah dilakukan tes pembebanan selama 1 jam (dimulai pukul 10.30 WIB sampai dengan 11.30 WIB), didapatkan tegangan akhir sebesar 88,7 Volt DC. Berarti dalam 1 jam tegangan turun sebesar 14,4 Volt DC.

Jika dicermati, penurunan tegangan pada sel baterai kering ini sangat signifikan, bila dibandingkan dengan penurunan tegangan pada sel baterai kering di gardu traksi Bekasi Timur 113 Volt DC menjadi 104,2 Volt DC dalam waktu 1 jam, yang artinya terjadi penurunan tegangan sebesar 9,7 Volt DC. Dan, pada gardu traksi Cibitung dari 112,4 Volt DC menjadi 102,5 Volt DC dalam waktu 1 jam yang artinya turun sebesar 9,9 Volt DC.

Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor, di antaranya :

                       1. Kenaikan suhu ruangan khusus baterai

Perlu diketahui bahwa kenaikan temperature akan menambah energy kinetic pada partikel-partikel yang bereaksi. Akibatnya, partikel-partikel akan menjadi lebih aktif dan akan sering menimbulkan tumbukkan. Kenaikan temperature akan mengakibatkan reaksi berlangsung lebih cepat dan laju makin besar. Pada umumnya, bahkan kenaikan temperature sebesar 10oC akan mengakibatkan laju reaksi meningkat sampai 2 atau bahkan 3 kali dari laju reaksi semula. Jika temperature naik sampai 100oC maka laju reaksi akan meningkat lebih dari 1000 kali. Untuk kenaikan 10oC pertama, laju reaksi menjadi 2 kali. Untuk kenaikan 20oC laju reaksi menjadi lebih cepat 4 kali. Untuk kenaikan 100oC laju reaksinya menjadi :

2x2x2x2x2x2x2x2x2x2=210=1024 kali

Dari perhitungan di atas, hubungan antara laju reaksi dan kenaikan temperature dapat dirumuskan sebagai berikut :


Di mana :

RT = Laju reaksi saat ToC

∆R = Koefisien peningkatan laju reaksi

TA = Temperatur akhir

T0 = Temperatur awal

R0 = Laju reaksi awal

∆T = Koefisien perubahan temperature

Reaksi ionisasi pada sel baterai kering akan berlangsung lebih cepat, bahkan jika dibandingkan dengan ionisasi pada sel baterai basah apabila dikenai faktor kenaikan suhu yang cukup signifikan yang kemudian berdampak pada waktu laju reaksi yang menjadi lebih cepat.

Kenaikan temperature menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Dengan meningkatnya laju reaksi, berarti waktu yang diperlukan untuk bereaksi semakin singkat. Jika setiap kenaikan 10oC mengakibatkan kenaikan laju menjadi lebih cepat 2 kali, waktu yang diperlukan untuk bereaksi menjadi setengah kali dari waktu sebelum terjadi kenaikan suhu. Hubungan kenaikan temperature dan waktu reaksi adalah sebagai berikut.


Di mana :

t= Waktu reaksi

t0 = Waktu reaksi awal

 

                       2. Pengisian baterai yang dilakukan terus-menerus

Perlu diketahui bahwa pengisian baterai yang dilakukan secara terus-menerus justru dapat mengkibatkan kemampuan kinerja baterai melemah. Hal ini juga berlaku pada sel baterai kering yang digunakan di gardu traksi Cikarang. Alasan pengisian baterai secara terus-menerus dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan nilai tegangan baterai turun drastis menjadi masuk akal (logis)., karena misalkan saja pada baterai handphone yang selalu dilakukan pengecasan (pengisian) dalam jangka waktu yang terlampau lama akan mengakibatkan terjadinya reaksi kejenuhan pada isi sel baterai. Maka, hal ini pun ditengarai menjadi penyebab sel baterai kering Cikarang begitu dilakukan tes pembebanan mengalami penurunan tegangan yang nilainya relatif lebih bear dibandingkan dengan sel baterai kering di gardu traksi yang lain.

                       3. Gangguan pada DC reactor

Kaitannya DC reaktor dengan pengisian baterai adalah, perlu diketahui bahwa sel baterai kering sendiri mendapatkan sumber pengisiannya dari sumber 20 kV, 6 kV, dan 1500 Volt yang kemudian disearahkan dengan DC reaktor. Fungsi DC reaktor sendiri jika diibaratkan adalah penghalus gelombang AC 3 fasa.

Diketahui bahwa gelombang AC 3 fasa memiliki sudut fasa yang berbeda satu sama lain, maka dalam waktu yang sama bentuk gelombang 3 fasa yang terdiri dari 3 gelombang ini akan menunjukkan bentuk yang berbeda. Selain bentuk yang berbeda, masing-masing gelombang ini akan mencapai titik puncak yang tidak bersamaan.

Sebenarnya ada keuntungan ketika gelombang AC 3 fasa ini yang disearahkan, karena akan lebih mudah membuat titik potongnya, sehingga lebih cepat sama rata nilai arusnya. Dengan begitu, sifat arusnya akan berubah menjadi lebih stabil atau konstan.

Dalam kasus penurunan nilai tegangan sel baterai kering saat tes pembebanan yang relatif besar di gardu traksi Cikarang, dapat diasumsikan jika terjadi gangguan pada DC reaktor. Ketika DC reaktor tidak dapat menjalankan fungsinya, maka dapat terjadi kegagalan dalam menyearahkan arus AC. Kegagalan dalam menyearahkan arus AC ini, akan mengakibatkan pengisian pada sel baterai kering menjadi bermasalah, sehingga reaksi kimia pada saat pengisian sel baterai ini menjadi tidak stabil. Ketika reaksi kimia pada sel baterai tidak stabil, hal ini mampu mengakibatkan kerusakan pada sel baterai tersebut, sehingga yang terjadi adalah seperti pada kasus penurunan tegangan yang signifikan pada sel baterai kering di gardu traksi Cikarang.

 

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan pada sel baterai kering yang mengalami permasalahan penurunan tegangan yang besar dalam waktu relatif cepat, yaitu :

a. Jaga suhu ruangan agar tetap stabil

Hal ini penting, karena telah disebutkan sebelumnya bahwa faktor yang menyebabkan sel baterai kering dapat bereaksi dengan cepat karena kenaikan suhu udara yang signifikan. Sebenarnya juga saat dilakukan pengukuran sel baterai kering di gardu traksi Cikarang, dalam beberapa waktu kira-kira hampir 1 jam pengatur suhu ruangan (AC) di ruang khusus baterai sempat mati. Hal ini membuat suhu ruangan baterai menjadi lebih panas, dan akhirnya berpengaruh pada penurunan tegangan sel baterai kering saat dilakukan tes pembebanan selama 1 jam.

b. Memperhatikan pengecasan pada baterai

Ternyata dengan adanya pengecasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama, apalagi dilakukan secara tanpa henti, kecuali dilepas pada saat tes pembebanan, sebenarnya mampu mengakibatkan reaksi isi baterai sel kering mengalami kejenuhan, karena reaksi pengisian sel baterai juga memiliki batas wakru tersendiri. Baterai jika sudah diisi dala jangka waktu tertentu dan kondisinya sudah full charge sebenarnya tidak boleh lagi dilakukan pengecasan (pengisian), namun karena peran sel baterai kering di gardu traksi adalah sebagai pengontrol tegangan, maka hal ini memang harus dilakukan.

c. Memperhatikan hubungan antar komponen pada gardu traksi

Sebelumnya telah disebutkan bahwa DC reaktor memegang peranan penting sebagai penyearah arus bolak-balik. Jika DC reaktor mengalami masalah, maka baterai yang menerima suplay arus DC akan mengalami masalah, karena tegangan yang diperoleh ternyata belum stabil. Maka, kondisi dari komponen DC reaktor perlu diperhatikan, karena kinerja DC reaktor pada akhirnya akan mempengaruhi sistem kinerja dari sel baterai kering.

 

 

3.3 Pengembangan

Hal yang dapat dikembangkan dari analisis dari kegiatan praktik kerja lapangan yang membahas mengenai perbandingan baterai ini adalah upaya dalam menemukan solusi guna mengatasi kelemahan yang dimiliki dari sel baterai kering yang tidak dapat didaur ulang. Perlu ditemukan teknologi yang mampu mengatasi tantangan pendaurulangan isi sel baterai kering. Karena, jika teknologi ini ditemukan akan semakin mempermudah aspek perawatan pada sel baterai kering. Sebelumnya juga sudah disebutkan bahwa keunggulan baterai kering adalah dari segi dari segi perawatan tidak perlu dilakukan pengisian ulang layaknya sel baterai basah, yang perlu dilakukan pengisian dengan mencampurkan asam sulfat dan air ke dalam bagian tabung isi sel baterai setiap sebulan sekali. Dapat dibayangkan, jika ke depannya sel baterai kering memiliki ketahanan dalam hal tak perlu melakukan pengisian ulang secara berkala dalam waktu relatif singkat, layaknya sel baterai basah, namun isi selnya sendiri dapat didaur ulang. Jadi, hanya perlu ditemukan teknologi yang mampu mendaur ulang isi sel baterai kering, yang jika diuraikan sebelumnya terdiri atas batu kawi (MnO2), salmiak (NH4Cl), karbon (C), dan sedikit air.

Masih dengan topik yang sama terkait sel baterai kering, perlu dilakukan percobaan dengan menguji coba bahan-bahan yang sifatnya dapat didaur ulang jika menjadi pengisi untuk sel baterai kering. Karena, diketahui bahwa batu kawi (MnO2) dan salmiak (NH4Cl) memang tidak dapat didaur ulang, khususnya pada unsur mangan (Mn) merupakan logam yang tidak dapat didaur ulang. Akan tetapi masih ada harapan pada unsur karbon (C) yang merupakan unsur yang mudah ditemui dan mudah dikombinasi dengan berbagai unsur yang ada.

Hal yang menarik selanjutnya adalah pada sel baterai basah, khususnya pada pengukuran 80 sel baterai basah di gardu traksi Kranji. Aspek menarik yang dapat dikembangkan sebagai bahan penelitian adalah menemukan hubungan antara peningkatan konsentrasi asam sulfat pada sel baterai basah dengan besar tegangan yang terukur. Karena dalam sel baterai basah ini sudah terdiri atas campuran asam sulfat dan air, maka sulit diketahui berapa konsentrasi sebenarnya dari asam sulfat tersebut. Andaikan penulis mendapatkan kesempatan untuk melakukan pengisian sel baterai basah, penulis dapat mengetahui perbandingan asam sulfat dan air yang digunakan untuk mengisi sel baterai basah. Ketika penulis mendapatkan kesempatan tersebut, mungkin penulis dapat bereksperimen dengan mengisi sel baterai basah dengan perbandingan asam sulfat dan air yang berbeda pada setiap sel, sehingga akan ditemukan  hubungan antara peningkatan konsentrasi asam sulfat sebagai pengisi sel baterai basah dengan besar tegangan dari sel baterai basah.



4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Selama dalam pelaksanaan PKL penulis, terdapat berbagai konsentrasi topik pembahasan, yakni sebanyak 4 bidang, di antaranya : gardu traksi, sistem catenary, distribusi 6 kV, dan saluran SPJJ. Kelompok penulis mengambil konsentrasi pada gardu traksi dan catenary. Penulis sendiri mengambil baterai sebagai pokok utama dalam pembahasan PKL. Lebih rincinya yang penulis ambil adalah mengenai perbandingan antara sel baterai kering di gardu traksi Bekasi Timur dan sel baterai basah di gardu traksi Kranji. Secara umum pada sistem ketenagalistrikan di KRL menggunakan prinsip simple katenari yaitu menggunakan suplai  20 kV/AC yang diberikan PLN kemudian oleh gardu induk diubah menjadi 1500 Volt DC oleh silicon rectifier.

Baterai adalah sel elektrokimia yang terdiri dari sepasang elektroda (katoda-anoda) dan elektrolit. Sel ini berfungsi sebagai sumber energi listrik yang diperoleh sebagai hasil konversi energy kimia melalui reaksi redoks (reduksi dan oksidasi). Reaksi reduksi berlangsung pada katoda dan reakdi oksidasi berlangsung pada anoda. Reaksi reduksi adalah reaksi penambahan electron dan penurunan bilangan oksidasi, sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan electron dan penambahan bilangan oksidasi. Seiring dengan reaksi redoks tersebut, dalam sel baterai terjadi proses difusi ion dalam larutan dari katoda ke anoda, dan pada rangkaian luar terjadi transfer electron dari anoda ke katoda.

Perlu diketahui secara umum system baterai dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Baterai primer

b. Baterai sekunder




DAFTAR PUSTAKA

 

 

Kleinfelter, 1979. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Pabla, AS., 1994. Sistem Distribusi Daya Listrik. Jakarta : Erlangga.

Peraturan Dinas 13C Jilid 1 (2016), Ketentuan Umum Instalasi Listrik Aliran Atas Arus Searah dengan Tegangan 1500 V, PT. Kereta Api (Persero).

PT KAI. 2017. Profil Perusahaan. Tersedia : https://kai.co.id/(Unduhan).

PT KAI. 2015. “Bahan Diklat Listrik Aliran Atas I.II.III”.

PT KCI. 2017. Profil Perusahaan. Tersedia : http://www.krl.co.id/(Unduhan)

SOP Pemeliharaan Gardu Traksi, Listrik Aliran Atas DAOP 1 JAKARTA.

Sukardjo, 2013. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.



***

Aku tidak melampirkan foto-foto kegiatan, karena aku pikir ini demi menjaga privasi, dan takut disalahgunakan. Dan tanpa menunjukkan foto kegiatan, aku rasa pembaca bisa mencari tahu lebih lanjut seperti apa gambaran kegiatannya, karena aku rasa foto-foto orang yang melakukan PKL di listrik aliran atas perkeretaapian sebenarnya cukup banyak (asal mau mencoba mencari). Yang terpenting di tulisan ini adalah, aku mampu menyampaikan dengan jelas perihal kegiatan PKL yang aku lakukan dan menjelaskan topik judul yang aku angkat sebagai laporan. Dan aku rasa ini sudah cukup.

Oh iya, bagian kesimpulan juga aku persingkat, karena akan terlalu banyak. Dan perihal kesimpulan sebenarnya aku kembalikan lagi kepada pembaca, bagaimana persepsi kalian secara umum terhadap laporan PKL-ku ini.

Bicara tentang bagian bab 3, yakni pada pengembangan, saat aku membacanya lagi secara cermat…aku akhirnya menyadari lagi kalau ada aspek yang bisa dikembangkan lagi untuk diteliti. Jika isi sel baterai kering bisa didaur ulang dengan bahan yang ramah lingkungan, aku penasaran untuk menentukan besar konsentrasi dari isi sel baterai kering dengan besar tegangan sel baterai kering. Dasarnya, molaritas atau tingkat konsentrasi khususnya pada senyawa yang bersifat elektrolit kuat akan menghasilkan tegangan listrik.

Demikian laporan PKL-ku. Semoga bermanfaat sebagai referensi bagi pembaca. Terima kasih. Semoga damai sejahtera senantiasa Tuhan berikan kepada kita. Amin. ^_^


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa

SEMIKONDUKTOR

3 Macam Interaksi Cahaya pada Materi