Penelitian Kualitatif
Penelitian merupakan kegiatan mengamati dan mencari tahu tentang hal yang menyebabkan suatu fenomena dapat terjadi. Dalam melakukan penelitian biasanya aspek yang sering dijadikan acuan adalah dengan mencari hubungan sebab dan akibat. Penelitian digunakan dalam banyak bidang, di antaranya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian memegang peranan penting dalam peradaban manusia, karena dari penelitian akan ditemukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak ditemukan. Dari kegiatan penelitian, maka suatu permasalahan akhirnya dapat ditemukan solusinya.
Penelitian juga dijadikan sebagai syarat untuk mahasiswa jika ingin lulus dalam menempuh program studi yang dipelajarinya. Pada mahasiswa yang menempuh jenjang sarjana, skripsi adalah penelitian yang bersifat wajib bagi mahasiswa dan harus ditempuh jika mahasiswa yang bersangkutan ingin dinyatakan lulus. Akan tetapi, belakangan ini, penelitian menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa.
Masalah utama mahasiswa dalam melakukan kegiatan penelitian adalah ketidakpahaman terhadap hal yang hendak diteliti secara mendalam. Ketidakpahaman mahasiswa terutama pada hal menetapkan metodelogi penelitian yang tepat dengan objek yang hendak diteliti. Termasuk dalam pembahasan kali ini bahwa mahasiswa seringkali tidak memahami aturan-aturan yang ada pada metode penelitian kualitatif.
Untuk itu pada pembahasan ini penting sekali ditekankan mengenai aspek-aspek yang berhubungan dengan metode penelitian kualitatif. Mahasiswa harus memahami pengertian dari metode penelitian kualitatif, kemudian jenis-jenis penelitian kualitatif, karakteristik penelitian kualitatif, mendesain penelitian kualitatif, menetapkan fokus penelitian, dan menetapkan judul untuk penelitian kualitatif. Dengan memahasi aspek yang telah disebutkan, diharapkan mahasiwa tidak lagi bingung dalam melakukan kegiatan penelitian yang sifatnya kualitatif.
Pengertian Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.
Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian dan peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data tetapi memberikan penafsiran.
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller dalam (Lexy J. Moleong, 2002) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif. Pengamatan kualitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu.
Untuk lebih memahami arti dari pada penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan beberapa definisi.
1. Bong dan dan Taylor mendefinisikan metedologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
2. Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. (Lexy J. Moleong, 2002).
3. Anselm Strauss dan Juliet Corbin (2003) penelitian kualitatif diartikan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Berdasarkan beberapa definisi tentang arti penelitian kualitatif yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
b. Penelitian kualitatif dalam pengumpulan datanya secara fundamental sangat tergantung pada proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti itu sendiri.
c.
c. Penelitian kualitatif temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk heterogen lainnya.
Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Terdapat beberapa jenis penelitian kualitatif, yakni etnografi (ethnography), studi kasus (case studies), studi dokumen (document studies), observasi alami (natural observation), Fenomenologi, dan Grounded theory yang masing-masing dapat kita pahami melalui uraian berikut :
1. Etnografi (Ethnography)
Etnografi merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Para ahli menyebutnya sebagai penelitian lapangan, karena memang dilaksanakan di lapangan dalam latar alami. Peneliti mengamati perilaku seseorang atau kelompok sebagaimana apa adanya tentang ciri khas dan kebiasaan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.
Data diperoleh melalui observasi sangat mendalam sehingga memerlukan waktu berlama-lama di lapangan, wawancara dengan anggota kelompok budaya secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara cermat. Tidak seperti jenis penelitian kualitatif yang lain dimana lazimnya data dianalisis setelah selesai pengumpulan data di lapangan, data penelitian etnografi dianalisis di lapangan sesuai konteks atau situasi yang terjadi pada saat data dikumpulkan.
Penelitian etnografi bersifat antropologis karena akar-akar metodologinya dari antropologi. Para ahli pendidikan bisa menggunakan etnografi untuk meneliti tentang pendidikan di sekolah-sekolah pinggiran atau sekolah-sekolah di tengah-tengah kota.
Artinya etnografi ini lebih terkhusus kepada apa yang menjadi pedoman bagi masyarakat dan dinamika-dinamika social yang ada di masyarakat. Etnografi cocok digunakan di bidang pendidikan, karena sekolah-sekolah mempunyai satu ciri khas tersendiri artinya sekolah memiliki kebudayaan tersendiri yang tidak melupakan kebudayaan yang ada didaerah setempatnya.
2. Studi Kasus (Case Studies)
Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu dengan tujuan untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas dengan menghasilkan data yang selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif.
Studi kasus dapat digunakan untuk meneliti bagaimana aspek psikologis siswa yang bermasalah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu contoh studi kasus yang saat ini banyak di gunakan oleh guru untuk meneliti siswa-siswanya yang dibatasi oleh waktu dan tempat dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa atau individu.
a. Pengertian Studi Kasus
Menurut Stake (dalam Denzin & Lincoln, 1994), studi kasus tidak selalu menggunakan pendekatan kualitatif, ada beberapa studi kasus yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Stake, dalam membahas studi kasus, akan menekankan pendekatan kualitatif, bersifat naturalistik, berbasis pada budaya dan minat fenomenologi. Studi kasus bukan merupakan pilihan metodologi, tetapi pilihan masalah yang bersifat khusus untuk dipelajari. Misalnya (kasus anak yang sakit), dokter mempelajari anak yang sakit dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif, walaupun catatan dokter lebih bersifat kuantitatif ketimbang kualitatif. Studi kasus adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.
b. Ciri-ciri studi kasus
1. Studi kasus bukan suatu metodologi penelitian, tetapi suatu bentuk studi (penelitian) tentang masalah yang khusus (particular).
2. Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal (ditujukan perorangan /individual) atau suatu kelompok, misalnya suatu kelas, kelompok profesional, dan lain-lain.
3. Masalah yang dipelajari atau diteliti dapat bersifat sederhana atau kompleks (misalnya penyimpangan perilaku dan skizofrenia, dll).
4. Tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman yang mendalam tentang suatu kasus, atau dapat dikatakan untuk mendapatkan verstehen bukan sekedar erklaren (deskripsi suatu fenomena).
5. Studi kasus tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi, walaupun studi dapat dilakukan terhadap beberapa kasus. Studi yang dilakukan terhadap beberapa kasus bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, sehingga pemahaman yang dihasilkan terhadap satu kasus yang dipelajari lebih mendalam.
c.Kelebihan dan Kelemahan Studi Kasus
1. Kelebihan Studi Kasus
i. Studi kasus mampu mengungkap hal-hal yang spesifik, unik dan mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain dan mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural.
ii. Studi kasus dapat memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif yang sangat ketat.
2. Kelemahan Studi Kasus, dari kacamata penelitian kuantitatif, studi kasus dipersoalkan dari segi validitas, reliabilitas dan generalisasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang digunakan dalam penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari generalisasi.
3.Studi Dokumen (Document Study)
3.
Studi dokumen merupakan kajian yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya.
4.
Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen harus yakin bahwa naskah-naskah itu otentik. Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang di dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan. Para pendidik menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji tingkat keterbacaan sebuah teks, atau untuk menentukan tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari sebuah teks.
5.
Penelitian ini dapat pula kita lakukan di bidang pendidikan, misalnya mengkaji kurikulum sekolah, RPP, dan berkas-berkas yang ada di sekolah tersebut, keadaan siswa setiap semester pun dapat dilihat melalui studi dokumen ini.
4. Pengamatan Alami (Natural Observation)
Pengamatan alami merupakan jenis penelitian kualitatif dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar tertentu tanpa sedikitpun mengubahnya. Tujuan utamanya ialah untuk mengamati dan memahami perilaku seseorang atau kelompok orang dalam situasi tertentu. Misalnya, bagaimana perilaku seseorang ketika dia berada kelompok diskusi yang anggota berasal dari latar sosial yang berbeda-beda dan bagaimana pula perilaku dia jika berada dalam kelompok yang homogen.
Peneliti menggunakan kamera tersembunyi atau isntrumen lain yang sama sekali tidak diketahui oleh orang yang diamati (subjek), dengan cara peneliti bisa mengamati sekelompok anak ketika bermain dengan teman-temannya untuk memahami perilaku interaksi sosial mereka.
5. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.
Menurut Creswell (1998), pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
6. Grounded Theory
Tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
Karakteristik Penelitian Kualitatif
1. Sifat Realitas
Dalam penelitian kualitatif realitas atau objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah kedalam variabel. Objek penelitian sebagai sesuatu yang dinamis dan hasil konstruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati serta utuh ( holistic) karena setiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Realitas dalam penelitian kualitatif tidak hanya yang tampak ( teramati ), tetapi sampai dibalik yang tampak tersebut.
2. Hubungan Peneliti dengan yang Diteliti
Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data participant observation (observasi berperan serta) dan in depth interview (wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. Para peneliti kualitatif sedapat mungkin berinteraksi secara dekat dengan informan, mengenal secara dekat dunia kehidupan mereka, mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan secara apa adanya (wajar), dengan demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data.
3. Hubungan Antar Variabel
Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistic dan lebih menekankan pada proses dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi ( reciprocal/interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel independen dan dependennya.
4. Kemungkinan Generalisasi
Penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi tetapi lebih menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna. Walaupun penelitian kualitatif tidak membuat generalisasi, tidak berarti hasil penelitiannya tidak dapat diterapkan ditempat lain. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut transferability (keteralihan), artinya bahwa hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan ditempat lain manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian.
5. Peranan Nilai
Peneliti kualitatif dalam melakukan pengumpulan data terjadi interaksi antara peneliti datadengan sumber data. Dalam interaksi ini baik peneliti maupun sumber data memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan dan persepsi yang berbeda-beda, sehingga dalam pengumpulan data, analisis dan pembuatan laporan akan terikat oleh nilai masing- masing.
6. Desain Penelitian Kualitatif (flexible design)
Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka. Peranan peneliti sangat dominan dalam menentukan keberhasilan penelitian sedang desain sifatnya hanya membantu mengarahkan proses penelitian agar berjalan dengan sistematis
7. Tujuan Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Para periset kualitatif menggunakan pendekatan pengamatan terlibat (participant observation). Kalau dibandingkan dengan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Feyerabend (dalam Chalmers, 1982) mungkin akan mendekati ketepatan, karena menurutnya metodologi apa saja boleh dipakai asal dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
8. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif
Teknik pegumpulan data kualitatif dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya; Catatan Lapangan (Fieldnotes), Observasi partisipan (Participant Observations), Wawancara mendalam (in-Dept Interview), Dokumentasi. Penelitian kualitatif juga dapat menggunakan kuesioner untuk pengumpulan datanya, tetapi hanya dijadikan sebagai pelengkap data jika dibutuhkan dan bukan merupakan sumber data asli yang dijadikan pijakan analisis.
9. Instrumen Penelitian Kualitatif
Pada penelitian kualitatif instrumen penelitian adalah: peneliti itu sendiri sehingga validasi dilakukan oleh peneliti sendiri dengan memperhatikan:
a) Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif.
b) Penguasaan wawasan peneliti terhadap bidang yang diteliti, dan
c) Kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian secara akademik maupun logistik.
10. Data Kualitatif
Paradigma Kualitatif merupakan cara pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu suatu obyek (subyek), maka data kualitatif merupakan data yang dihasilkan dari cara pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu obyek (subyek) yang bersangkutan. Data kualitatif bersifat non-numerik (kata-kata deskriptif), seperti cantik, tampan, gagap, tampak kurang berpendidikan, reponsif, bagus sekali, lincah, mewakili anak muda zaman sekarang, dan lain-lain.
11. Sampel Penelitian Kualitatif
Strategi penentuan sampel yang bersifat purposif (sengaja) dinyatakan dalam proposal walaupun strategi ini akan dikembangkan lebih lanjut dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. Tujuan dan pengambilan sampel secara purposif adalah untuk memperoleh sampel kecil dari individu-individu yang kaya akan informnasi, proses, atau wawasan sosial. Dalam pemilihan sampel juga dijelaskan bagaimana memelihara nama baik subyek yang diteliti, menjaga kerahasiaan data dan individu-individu yang akan dijadikan sebagai sumber data.
12. Hubungan dengan Responden Kualitatif
a. Empati, akrab, supaya memperoleh pemahaman yang mendalam
b. Kedudukan sama bahkan sebagai guru, konsultan
c. Jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan hipotesis atau teori
13. Kompetensi Peneliti Kualitatif
a. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti,
b. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang akan diteliti dan mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial,
c. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek penelitian ( konteks sosial),
d. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara mendalam secara triangulasi, serta sumber- sumber lain,
e. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural/budaya,
f. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas hasil penelitian,
g. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis atau ilmu baru,
h. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap, dan rinci.
Mendesain Penelitian Kualitatif
Beberapa tahapan dalam membuat rancangan (design) penelitian kualitatif sebagai suatu patokan, walaupun belum ada patokan yang standar dibanding dengan penelitian kuantitatif yang sudah memilki tahapan yang baku dan berlaku umum. Penelitian kualitatif cenderung lebih sulit dibuat dibuat tahapan baku karena terkait dengan karakteristik dari penelitian kualitatif, yaitu fleksibel sehingga jalannya penelitian dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Salah satu tahapan penting dalam melakukan penelitian kualitatif adalah dengan mengangkat suatu permasalahan. Pada dasarnya sumber-sumber masalah penelitian kualitatif sangat beragam. Hal yang perlu diketahui bahwa masalah penelitian kualitatif merupakan masalah atau isu yang menentukan pada keharusan dilaksankannya penelitian tersebut. Masalah ini bisa muncul dari berbagai sumber yang seingkali bisa dari pengalaman yang pernah dirasakan peneliti dalam kehidupan pribadi atau bersumber pada tempat kerjanya.
Dalam mengangkat permasalahan pada penelitian kualitatif terjadi tiga kemungkinan :
a. Masalah yang dibawa peneliti tidak tetap sejak awal hingga akhir sebuah penelitian, sehingga judul proposal dan hasil sebuah penelitian tidak sama.
b. Masalah yang dibawa peneliti ketempat lokasi penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah di persiapkan. Dengan demikian proposal dan judul penelitian cukup disempurnakan.
c. Masalah yang dibawa peneliti ke lokasi penelitian berubah secara total, sehingga harus diganti masalahnya.
Dari ketiga kemungkinan yang terjadi dalam diatas, peneliti kualitatif yang merubah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lokasi penelitiannya atau setelah selesai merupakan penelitian yang lebih baik, karena dia dipandang mampu melepaskan apa yang telah dipikirkan sebelumnya dan mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang di teliti.
Fokus Penelitian
Asumsi yang perlu kita ketahui tentang penelitian adalah, bahwa gejala dari suatu objek bersifat tunggal dan parsial. Namun, dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala tersebut bersifat holistik (menyeluruh dan saling terkait), sehingga penelitian kualitatif tidak akan menetapkan penelitian hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi juga keseluruhan situasi yang terjadi pada saat penelitian berlangsung.
Karena dalam penelitian nanti akan ditemukan perkembangan masalah yang jauh lebih banyak, peneliti biasanya akan membatasi jumlah variabel penelitian dalam jumlah tertentu, dan hal inilah yang disebut sebagai batasan masalah. Batasan amasalah dalam penelitian kualitatif disebut fokus, yang menjelaskan inti dari masalah yang masih bersifat umum.
Bentuk Rumusan Masalah
Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat 3 bentuk rumusan masalah, yaitu :
1. Rumusan masalah deskriptif, adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan memotret situasi atau keadaan suatu objek yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam.
2. Rumusan masalah komparatif, adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan hasil dari objek yang diteliti dengan perlakuan yang berbeda.
3. Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membangun hubungan antara kondisi suatu objek penelitian secara menyeluruh.
Judul Penelitian Kualitatif
Judul pada penelitian kualitatif biasanya disusun berdasarkan masalah yang telah ditetapkan. Maka, judul penelitian harus spesifik, mampu mencerminkan permasalahan yang hendak diangkat, dan variabel yang akan diteliti juga harus jelas.
Dalam penelitian kualitatif, karena masalah yang akan dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara, dan bersifat holistik, maka judul dalam penelitian kualitatif yang dirumuskan dalam proposal masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah memasuki lapangan. Judul laporan kualitatif yang baik justru berubah atau mungkin diganti, karena jika tidak maka peneliti belum mampu mengeksplorasi secara mendalam terkait proses penelitian dari suatu objek penelitian.
Judul penelitian kualitatif juga bisa menjelaskan tentang proses untuk mengungkapkan penyebab suatu fenomena dalam objek yang diteliti secara luas dan mendalam, serta berujung pada ditemukannya hipotesis dan teori yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Komentar
Posting Komentar